Sebelumnya: Sebatas Kedatanganmu Saja, by Moussycha
Aku
belum terlalu jauh melangkah. Masih dua belokan lagi sebelum lorong
terakhir menjelang pintu pesawat. Kuhentikan langkah sejenak untuk
menatapmu dari tempatku berdiri.
Ternyata
dirimu masih berdiri di situ, hampa tanpa ekspresi. Sejenak kita
saling bertatapan. Dan untuk terakhir kalinya saling melambaikan
tangan, menutup pertemuan kita pada kedatanganku kali ini. Aku harus
pergi, sudah cukup pertemuan kita kali ini.
Engkau
terus menghujani ponselku dengan puluhan pesan singkatmu. Akupun
selalu bersemangat membalasnya, meskipun dengan sembunyi-sembunyi. Untuk
menghindari pandangan pramugari yang hilir mudik kesana kemari.
Dulu,
selalu saja aku membenci momen seperti ini. Kedatangan yang selalu di
akhiri dengan kepergian. Dan pertemuan yang selalu beriringan
dengan momen perpisahan. Tapi kini aku mulai memaknai arti dari setiap
kedatangan dan kepergianku.
*******
Kau dan aku, adalah sebuah catatan dalam bentangan rentang waktu. Bertemu di satu titik hanya pada waktu dan periode tertentu.
Kau
dan aku, adalah sebuah kata ketakutan sekaligus kebencian. Takut dan
benci pada kata perpisahan, di akhir masa pada setiap kedatanganku.
Kau
dan aku, adalah sebuah rinai kerinduan. Yang melebur di setiap kali
kedatanganku, dan kembali menggemuruh di saat kepergianku.
Kau
dan aku, adalah sebuah penjemputan. Penjemputan separuh nafas untuk
kembali merengkuh bagian nafas yang tertinggalkan sebelumnya.
Kau dan aku, yah…. memang cuma ada kita. Tanpa ada siapapun yang tahu, tentang perjalanan kedatangan dan kepergian cinta.
********
Deru
mesin pesawat mulai mengeram, berancang meninggalkan landasan untuk
membawaku pergi menjauh darimu. Dari hari-hari mu, dan dari Jakarta-mu.
Dulu,
pada setiap kedatanganku yang terdahulu. Aku tak pernah tahu bahwa
ada sesuatu yang selalu ku bawa darimu di setiap kepergiankuku.
Padahal dia selalu hadir bersama kepergianku, meskipun betapa jauhnya
aku. Baru di kedatangan yang sebelum kedatangan kali ini aku
menyadarinya. Yaitu rinai rindu-mu. Karena rinai rindu-mu itulah aku
selalu datang di setiap kesempatanku.
Dan
tidakkah kau tahu? Bahwa selalu ada sesuatu yang kutinggalkan padamu
disetiap kedatanganku? Yaitu separuh nafasku. Separuh nafasku itu
selalu tinggal padamu, dan menemani hari-harimu meskipun aku jauh
darimu.
Padaku
ada rinai rindumu. Dan padamu ada separuh nafasku. Rinai rindumu dan
separuh nafasku, adalah bentuk ikatan kita. Ikatan antara kau dan aku.
Supaya kita bisa saling percaya, bahwa aku dan kau selalu ada. Bukan hanya sebatas kedatanganku saja.
No comments:
Post a Comment