Bagaikan
cendawan di musim hujan, yang acapkali tumbuh dan bermekaran
dimana-mana. Kehadiran cinta di desa Rangkat juga terus tumbuh dan
bermekaran di setiap pelosoknya. Ada gaung cinta di rumah pak RT Ibay dan bunda RT Jingga. Ada keromantisan puisi cinta di pondok cintanya pak RW Edy dan bunda RW Selsa. Ada bulir-bulir cinta yang dibawa kang Inin ke pondok sehatnya Dewa. Ada keripik cinta yang diramu Sekar untuk tambatan hatinya, Ari Jaka. Ada gemuruh cinta kusut diantara rangkaian Gladiol di balai desa. Ada lakon cinta di padepokan wayang antara Ki Dalang Edi dan sindennya, Icha. Dan yang terbaru adalah isu cinta antara Rizal repotter dan Ghara (Yang ini murni cuma isu dan sangat diragukan kebenarannya).
Kisah
percintaan di desa Rangkat selalu menarik untuk diikuti. Selalu
menggelitik untuk diamati. Dan selalu menggoda untuk diusili. Gaung
cinta senantiasa saling bersahut dan bertaut. Berbalut kekusutan dalam
romansa yang mengaduk-aduk perasaan, semuanya melebur dalam kusutnya
cinta Episode Desa Rangkat (ECR) yang kini sudah memasuki episode ke empat (nitip iklan).
*****
Surprise…. Kejutan…..
Yah, aku harus membuat
satu kejutan buat dia. Pasti dia akan terkaget setengah mati dengan
kejutan yang akan kuberikan. Ah, mumpung masih ada waktu. Sebaiknya aku
segera kesana sebelum dia pulang. Hans tersenyum sendiri membayangkan
apa yang akan terjadi kemudian dengan kejutan yang akan diberikannya
pada si guru desa, Miss Rochma. Hans akan mengajak si guru desa itu
menikmati kue Putu kesukaannya di Rangkat café kepunyaannya bunda Imels.
Dan sambil menikmati kue Putu itu, Hans akan memberikan rangkaian
Gladiol yang cantik itu pada Miss Rochma. Sambil bercerita tentang
rencana-rencana ke depan. Sambil merajut angan-angan yang akan dilalui
sembari menunggu petang. Pasti romantis sekali, demikian Hans membathin.
Penuh
semangat Hans mengambil beberapa tangkai Gladiol di ruang kerjanya.
Dipilihnya yang tercantik dan terindah menurut pandangannya. Lalu dengan
setengah berlari Hans meninggalkan kantor desa yang mulai sepi. Dia
menuju ke arah utara desa, ke sekolah desa Rangkat yang jaraknya hanya
beberapa ratus meter dari kantor desa. Panggilan dari Acik, sekretaris
pribadinya tidak diindahkannya. Teguran dari sekdes Asih yang meminta
tangannya juga tidak sempat didengarnya. Hanya sapaan dari Dorma si
Hansip desa yang kini khusus bertugas di balai desa yang sempat
dibalasnya.
“Aa` ada perlu sebentar dengan bu guru Miss Rochma…” jawab Hans sambil terburu-buru.
“Miss Rochma sedang ke kecamatan mengurus SK-nya………..” pekik Dorma.
Namun
suara Dorma terlalu pelan untuk Hans dengarkan. Rasa bahagia Hans yang
akan memberikan kejutan pada Miss Rochma mengalahkan lengkingan suara
Dorma yang segera tertelan dengan suara ojek yang membawa Hans berlalu.
*****
Sebagian
murid-murid sekolah Rangkat sudah bubar ketika Hans memasuki halaman
sekolah. Suasana sudah mulai agak sepi. Hans langsung menuju ruangan
para guru. Berharap agar bisa bertemu dengan Miss Rochma disana.
Tepat
disaat Hans akan mengetuk pintu ruangan para guru, seseorang keluar
sambil mengapit map berwarna ungu. Dia adalah bu Yuli, yang minggu lalu
sempat mengalami kecelakaan saat mengendarai motor ketika berangkat
mengajar. Motor yang dikemudikannya nyaris menabrak Angsa yang tiba-tiba
melintas di jalan. Untung bu Yuli tidak mengalami cidera serius, hanya
sedikit luka memar pada kakinya. Hans sendiri hampir setiap hari
menengok bu guru Yuli yang saat itu dirawat di pondok sehatnya dokter
Dwee dan dewa.
“Heiiii…..
Ada Aa` Kades…. Aduuh, surprise sekali Aa` kades datang menemui Yuli.
Oh, makasih yah… Bunga Gladiolnya cantik sekali,” bu guru Yuli menyambut
Gladiol di tangan Hans dengan senyum semeringahnya.
“Ehm… bu Yuli… anu… ng…” Hans tergagap, namun Gladiol sudah berpindah tangan.
Keduanya
masih berdiri tegak di depan pintu ruangan guru. Keduanya tidak
menyadari ada sepasang mata yang mengamati mereka dari balik jendela
ruangan guru. Ranti, gadis pemilik kios bunga desa Rangkat tertegun
galau memandang mereka. Pekerjaannya untuk merangkai Gladiol sebagai
hiasan di ruangan guru terhenti seketika. Memang setiap hari Ranti
selalu mendekor ruangan para guru dengan riasan bunga-bunga koleksi
kiosnya.
Ranti
berlari keluar ruangan. Dilewatinya mereka berdua sambil menyembunyikan
tangis di balik jilbab putihnya. Hans tergagap, di sebelah Yuli yang
masih belum sadar atas apa yang terjadi.
Bersambung di: Ketika Cinta Itu Menampakkan Diri, by Yuli
Sebelumnya di postingan yang alurnya senada pada bagian ECR-4:
No comments:
Post a Comment