Butuh usaha keras bagi seorang teman
untuk bisa meyakinkan bahwa kunjungan ke kota Fujairah ini akan menjadi
kunjungan yang berkesan dan mengasyikkan. Bagaimana tidak, lebih dari
400 KM jarak yang harus kami tempuh dari tempat persemedian kami di
lembah gurun Habshan. Habshan adalah bagian dari Abu Dhabi yang terletak
di sebelah Selatan dari wilayah Uni Arab Emirates (UAE). Merupakan
kawasan gurun pasir yang dibawahnya terdapat kandungan gas dan minyak
bumi yang berlimpah.
Dan Fujairah terletak dibagian Utara
dari wilayah UAE. Fujairah merupakan wilayah terbesar kelima di UAE yang
secara geografis letaknya di teluk Oman.
Sebagai gambaran, UAE terdiri dari tujuh
kesatuan wilayah. Yaitu Abu Dhabi, Dubai, Sharjah, Ajman, Umm
al-Quwain, Ras al-Khaimah dan Fujairah. Secara tekstur lahan, wilayah
Fujairah sebagian besar adalah terdiri dari pegunungan batu. Karena
ketidak tahuanku, selama ini Fujairah seolah tenggelam oleh gemuruh
pembangunan kota modern super metropolitan Dubai dan Abu Dhabi.
Harus ada sebab lain yang bisa dijadikan
alasan agar perjalanan dari Selatan ke Utara ini bisa terwujud. Selain
tentu saja sebagai alasan untuk refreshing. Merubah atmosfir dari
keseharian hidup ditengah gurun pasir untuk sesaat merasakan denyut
kehidupan di daerah pegunungan batu.
“Ada banyak komunitas orang Indonesia disana…..“
Demikian alasan sang teman, dan ternyata
alasan itu menjadi sangat jitu. Rasa penasaran akan kebenaran ucapan
itulah yang akhirnya membuat kami berempat setuju melakukan perjalanan
ini. Jika ada banyak komunitas orang Indonesia di Dubai ataupun Abu
Dhabi, itu sudah tidak aneh lagi. Ada banyak pekerja Indonesia yang
mengais rejeki di kedua kota ini. Tapi jika banyak komunitas orang
Indonesia di Fujairah, ini adalah hal yang aneh, setidaknya itu
menurutku. Kehidupan seperti apa yang mereka lakoni di celah-celah
pegunungan batu itu?
Seperti kata pepatah, dimana ada gula
disitu ada Semut. Dan ibarat gula, Abu Dhabi dan Dubai adalah sumber
gula manis yang sangat menggoda. Apalagi gula manis itu semakin sulit
didapatkan di dalam negeri, di Indonesia. Dimana lapangan pekerjaan
semakin sulit didapatkan. Di Dubai ataupun Abu Dhabi, pekerja dari
Indonesia ada di banyak bidang. Mereka bekerja di bidang konstruksi, gas
dan perminyakan, perhotean, perbankan, kesehatan, finansial, konsultan,
transportasi, dan lain-lainnya. Serta kehadiran para TKW yang
sumbangsihnya tidak sedikit sebagai sumber devisa negara, telah pula
turut menyemarakkan perburuan gula di kedua kota metropolitan ini.
Dari Habshan perjalanan dimulai pada
pagi hari sekitar jam sembilan. Setelah mampir di Abu Dhabi, sempat pula
menikmati rimba belantara gedung pencakar langitnya di Dubai,
perjalanan di lanjutkan lagi. Dari Dubai rute selanjutnya adalah menuju
Sharjah, Ajman, dan selanjutnya mengarah ke kota Fujairah. Menjelang
kota Fujairah waktu sudah hampir menunjukkan jam tiga sore.
Berbeda dengan kebanyakan daerah-daerah
lain di UAE yang didominasi gurun pasir, menjelang Fujairah akan kita
temui pegunungan batu yang menjulang diantara kiri dan kanan jalan.
Ternyata Fujairah juga adalah salah satu daerah tujuan wisata para turis
dan warga UAE yang bosan dengan suasana metropolitan kota. Ada banyak
tempat peristirahatan disepanjang jalan. Sepintas suasana nya menjadi
lebih mirip dengan suasana di kawasan Puncak Jawa Barat. Jalan yang
berkelok, pedagang buah dan cinderamata dikiri kanan jalan, ditambah
lagi cuaca yang dingin dan sejuk karena sudah mulai memasuki musim
dingin untuk kawasan UAE.
Pelan-pelan bayangan Fujairah sebagai
daerah yang keras dengan pegunungan batu cadas yang menjulangnya
menjadi sirna. Tergantikan dengan keindahan, kelembutan, kenyamanan,
dan keeksotisan Fujairah. Ditambah lagi ternyata didaerah ini terdapat
banyak sekali perkebunan Kurma, pembibitan pohon Bonsai, dan perkebunan
Bunga yang dikelola penduduk setempat.
Menurut teman seperjalanan yang
sebelumnya memang pernah tiga tahun tinggal di Fujairah, pegunungan batu
itu adalah asset terbesar dari Fujairah. Batu-batu pegunungan itu
mereka hancurkan dan dijadikan bahan bangunan untuk mensuplai
pembangunan gedung-gedung pencakar langit di seluruh UAE. Dan hasilnya
mereka gunakan untuk membangun kota ini.
Bayangan akan sebuah kota yang
sederhana, sunyi, dengan gedung-gedung ala kadarnya terus mendominasi
alam pikiranku. Lalu komunitas orang Indonesia disana? Apa yang mereka
kerjakan disana? Bukankah lebih menjanjikan jika mencari penghidupan di
Abu Dhabi atau Dubai?
Sebentar lagi jawaban dari rasa
penasaran itu akan terjawab. Dari kejauhan, dari balik pegunungan batu
yang menjulang, dan dari tikungan-tikungan tajam jalan sebelum memasuki
kota Fujairah, terlihatlah kota yang tenang itu….
BERSAMBUNG ke bagian-2 (Habis)
No comments:
Post a Comment