Tuesday, November 27, 2012

Serah terima Kades Hans kepada Kades Terpilih Ibay Benz

 
 
Teman2 sahabat DEAR,
Terimakasih yah, sudah ikut menyemarakkan event [Pilkades Rangkat].
Terimakasih atas postingan-postingannya selama event ini berlangsung. Total ada 26 tulisan yang dipublish selama event ini.

Event [Pilkades Rangkat] ini adalah metode kita untuk mencari Kades kita yang baru. Dan dari postingan-postingan tersebut kita telah mendapatkan sahabat kita yang dipercaya untuk berpera
n sebagai Kades dan Wakades di DESA ini. Mereka adalah Kades Ibaybenz Andromeda Eduard dan Wakades Asih Rangkat.

Terimakasih juga untuk para calon-calon Kades lainnya yang telah berpartisipasi sebagai calon-calon yang dipilih kemarin. Erwin Syahputra dan Sekar Mayang, telah sudi untuk mencalonkan dan dicalonkan. Ini bukanlah sebagai kompetisi mencari siapa yang terbaik, tapi ini adalah salah satu cara kita memainkan peran di DESA kita.

Saturday, November 24, 2012

Bang Ibay [Pilkades Rangkat]



I bay Benz…. Adalah namanya.

B ang Ibay…!! Demikian aku selalu menyapanya.

A da banyak keceriaan jika duduk bersamanya…

Y ang membuatnya selalu dirindukan oleh adik-adiknya di DESA RANGKAT.

Ini bukan tulisan tentang Episode Cinta Rangkat. Bukan pula sedang menabuhkan genderang perang Flash Fiction. Tapi ini adalah tulisan dalam rangka semarak pesta Demokrasi di Desa Rangkat. Lewat tulisan ini Aku menitipkan satu suara untuk Bang Ibay. Agar melanggeng menjadi Kades di tahun ke-3 di DESA tercinta.


Saturday, November 17, 2012

[Desa Rangkat Kompasianival] Dari Pos Ronda Kami Menyapa

Beberapa komunitas yang berperan serta dalam Kompasianival 2012

Menghadirkan Pos Ronda Desa Rangkat di Skeeno Hall Gandaria City pada Kompasianival 2012 bukanlah tanpa makna. Bagi Komunitas Desa Rangkat, Pos Ronda adalah simbol kebersamaan dan kesederhanaan. Di Pos Ronda inilah tempat berkumpulnya warga, saling asah asih dan asuh dalam diskusi berbagai hal. Terutama dalam hal bidang tulis menulis, minat kesusastraan, dan berbagai diskusi untuk rencana kegiatan sosial.

 Dalam interaksi maya melalui media online, kami menganalogikan pengadaan Pos Ronda Desa Rangkat di ajang ini dengan istilah memindahkan sementara Pos Ronda dari Desa ke Gandaria. Jika diceritakan dengan bahasa fiksi, semua warga Desa bergotong royong mengangkat Pos Ronda, lalu menaikkannya ke atas truk yang sudah menunggu di kantor Desa, dan melepasnya untuk dibawa ke Jakarta. Beberapa warga yang ditunjuk sebagai Duta Rangkat untuk Kompasianival 2012 juga dilepas bersamaan dengan keberangkatan Pos Ronda.

Thursday, November 15, 2012

Pos Ronda di Kompasianival 2012


Komunitas yang akan memeriahkan Kompasianival 2012


“Loohh…? Toloooong…!! Ada gempa bumi..!!” Inin Kribo terlonjak dari dengkuran panjangnya.
Sambil membenarkan sarung kotak-kotak lusuhnya, Inin Kribo belingsatan mencari sandalnya. Matanya masih setengah membuka, antara sadar dan tidak. Karena limbung, kembali Inin Kribo jatuh terlentang.
“Wooii, Kang Kribo…! Jangan panik, ini bukan gempa bumi….!” Fietry berteriak sambil terkekeh riang.
Inin Kribo tetap belum menyadari apa yang telah terjadi. Dirinya semakin heran karena singgasana Pos Ronda tempatnya mendengkur pagi itu selepas sholat Subuh diangkat warga beramai-ramai. Rombongan warga yang dikomandani Bocing beserta pasukannya, Pongky, Fietry, Cupi, Fidia, Windu, dan warga desa lainnya terus bersemangat mengangkat Pos Ronda. Lalu memindahkannya ke atas truk yang sudah menunggu di halaman kantor Desa.
“Looohh ini Pos Ronda, teh…. Mau dibawa kemana?” Inin Kribo semakin heran.
“Mau dipindahkan dulu sementara, ke KOMPASIANIVAL…!!” teriak pak RT Ibay sambil memberi aba-aba.

Saturday, November 10, 2012

[FF100K] Fahmi dan Jimat Kebal Anti Bedil





“Sampeyan jangan sok jago…!! Kalau menyerang Londo ikuti perintah Komandan..!!” Rizal memarahi Fahmi.
“Dibedil Londo, sampeyan bisa modar..!!” Inin menambahkan.
“Wong edan…!!” sungut Bocing ikut memarahi.
Mereka adalah para pejuang kemerdekaan dari Desa Rangkat. Markas musuh di perbatasan desa mereka bumi hanguskan, dengan Fahmi sebagai bintang peperangannya. Dia masuk menyerbu ke markas musuh sendirian, padahal Komandan Ibay belum memberikan perintah untuk menyerang. Untung saja saat itu pasukan musuh sedang lengah. Tidak siap dengan serangan tiba-tiba.
“Aku ora takut modar…!! Kan ada ini..!!” Fahmi membuka bajunya, dan menunjukkan kalung jimatnya.
“Jimat kebal anti bedil, dari Ki Dalang…” lanjutnya sambil terkekeh riang.

[FF100K] Fahmi Si Pejuang Berani Mati



Flash Fiction 100 kata di Hari Pahlawan

Gambar dari sini

******
BUUGG..!! Satu hantaman kembali bersarang di rahang Fahmi. Namun Fahmi berusaha untuk tetap tersenyum. Meski tubuhnya lunglai terikat, namun semangat perjuangannya tetap menggelora.
“Hei, ekstrimis Republik…!! Di mana kamu punya pasukan bersembunyi..?” Jenderal Willem mengulang pertanyaannya. Muka sang Jenderal begitu dekat, hingga Fahmi bisa mencium aroma Voddka dari mulutnya.
“Piiuuhhh….!!” Fahmi meludah, tepat bersarang di muka sang Jenderal.
“Aku tidak akan pernah menghianati pasukanku. Kesetiaanku adalah harga mati untuk Republik ini…!!” lantang Fahmi berteriak.
“Kurang ajar…!!” Jenderal Willem mengeluarkan pistolnya.
“Tembak saja..!!”
DOORR..!!
Pistol sang Jenderal memuntahkan pelurunya. Fahmi tersungkur. Satu lagi anak Negeri telah mati demi sebuah harga. Kemerdekaan.
******
* FF 100 kata lainnya di Hari Pahlawan: Fahmi dan Jimat Kebal Anti Bedil

Thursday, November 1, 2012

Ketika kita Bicara Cinta





Bandung menjelang petang, pada Jumat 19 Oktober lalu. Tepat sehari sebelum Komunitas DESA RANGKAT merayakan hari ulang tahunnya yang ke-2. Lalulintas padat merayap langsung menyambut ketika kendaraan travel yang membawaku dari bandara Soeta Jakarta keluar dari pintu tol Pasteur. Ke arah Lembang kendaraan menuju. Patokanku adalah Rumah Sosis di jalan Doktor Setiabudi. Dari sana nanti Aku akan menelpon untuk dijemput teman-teman Rangkaters yang sudah lebih dulu tiba di villa Lentera Merah, yang letaknya tidak jauh dari Rumah Sosis. Villa Lentera Merah adalah tempat teman-teman Komunitas DESA RANGKAT tahun ini akan berkumpul.
“Ini Rumah Sosisnya, Sep. Asep mau turun di sini..?” tegur sopir dengan logat Sunda kentalnya.
“Ya, ya.. di sini..!!” sahutku riang. Panggilan “Asep”, “Acep”, ataupun “Cep” dari pak sopir padaku telah membuatku melambung. Seketika nuansa Sunda merasuk jiwaku. Bandung… Asep datang…!!
Tak lama menunggu, Pongky sang Kompasianer Jakarta datang menjemputku dengan sepeda motor. Jabat tangan dan pelukannya begitu hangat.
Sesampai di villa Lentera Merah, Dorma Situmorang, si adik manis yang kebagian menjadi tuan rumah Kopdar Akbar kali ini telah menungguku di teras. Tidak banyak yang berubah pada raut wajahnya. Persis seperti Juli tahun lalu ketika kami bertemu di kota ini sepulangku dari Kopdar Akbar Desa Rangkat di Yogya. Smart, polos, dan apa adanya adalah karakter menonjol pada pribadinya.
“Mas Hans… Akhirnya kita ketemu lagi..!!” sambutnya dengan pelukan hangatnya.