Monday, September 24, 2012

[FF100K-RCS] Di Sebelah Kembang



Hans memeriksa kembali daftar nama peserta Kopdar Akbar HUT Desa Rangkat yang akan berangkat ke Bandung. Daftar nama itu disusun berdasarkan tempat duduk di bus yang akan mereka sewa. Kopdar dengan tema “Rangkat Cinta Sederhana” itu akan dilaksanakan pada tanggal 19-21 Oktober nanti.
“Ibay dan Jingga, Aya dan Bocing, Yety dan El, Kembang dan Rizal…… What`s…..??!!” Hans berteriak kaget.

Friday, September 14, 2012

[FF100K-RCS] Icha dan Logika Rasa





“Belantara ini terlalu rimbun, tiap dahannya terlalu rumit untuk diurai. Aku khawatir kelopak-kelopak bunganya akan terberai ketika coba digapai…” ceracau Hans.
“Rumit amat, mas…” sungut Icha kesal.
“Andai kelopaknya terjatuh, lalu terberai luluh lantak…. Apakah mahkotanya masih terlihat anggun…?” Hans terus berceracau.

Wednesday, September 12, 2012

[FF100K] Rasa Ini





Adakah diam yang tidak ambigu…? Bagaimana Aku menikmati rasa, jika diam-mu bias tanpa sketsa…?” runtutan tanyamu sesaat sebelum berlalu.
Dirimu dan kotak hijau-mu beranjak menjauh, mengecil, lalu lenyap di ujung senja. Bersama keping-keping rasa yang terlanjur terserak. Aku hanya terdiam, meski raga menggodaku untuk beriak. Keping rinduku dan keping harapku kini berpendar dalam balutan absurd tak berbentuk, luluh lantak.

Monday, September 10, 2012

[FF100K-RCS ] Bias Ambiguitas

 
gambar dari sini

Kisah ini memang tidak seheroik panggung operanya Romeo dan Juliet karya William Shakespeare. Juga tidak seromantis intrik-nya Mark Antony, yang jatuh hati pada Cleopatra, si ratu cinta dari Mesir.
Jangan pula berharap Aku bisa memberikan seperti yang Shah Jahan berikan pada Mumtaz Mahal. Untuk membangun makam agung untuk jasadnya berupa Taj Mahal. Aku juga tak mampu memerankan tokoh seorang Yusuf yang mampu menolak moleknya Zulaikha.

Saturday, September 8, 2012

[FF100K-RCS] Sederhananya Rasa



Pada rimbunnya belantara aksara, pada tiap bait imajinasi bermakna, dan pada sekat spasi kata-kata, Aku menemukan cinta itu memang ada. Mengalir jernih pada aliran diksi, dan bermuara pada lantunan fiksi. Tumbuh subur di ladang-ladang hamparan puisi. Dan bermekaran pada petak-petak narasi Pujangga kata.
Rangkaian kata bertutur cinta, bersapa empati, dan berwujud peduli. Adalah awal dari eksistensi kita. Sapa bersahut dan tutur saling berpagut. Menggoda rindu untuk terus bergelayut. Saling bercerita tentang sederhananya cinta. Saling berbagi tentang rasa yang kita punya. Disana, di lembah fiksi sebuah desa maya. Di kaki gunung Naras di ujung sana. Dalam tiap episode Rangkat Cinta Sederhana.