Adakah
diam yang tidak ambigu…? Bagaimana Aku menikmati rasa, jika diam-mu bias tanpa
sketsa…?” runtutan tanyamu sesaat sebelum berlalu.
Dirimu
dan kotak hijau-mu beranjak menjauh, mengecil, lalu lenyap di ujung senja.
Bersama keping-keping rasa yang terlanjur terserak. Aku hanya terdiam, meski
raga menggodaku untuk beriak. Keping rinduku dan keping harapku kini berpendar
dalam balutan absurd tak berbentuk, luluh lantak.
Diamku
adalah caraku untuk memahami dan menikmati pesonamu. Bukankah setiap makhluk
mempunyai caranya sendiri dalam mengekspresikan rasa pada sesuatu yang
dikaguminya? Seperti setangkai Teratai yang rela menguncup sedari subuh hingga
petang. Dan genit merekah manakala senja yang dikaguminya telah hadir menyapa.
__________
Fiksi
bertema cinta dalam rangka jelang perayaan dua tahun berdirinya Komunitas Desa Rangkat. #RangkatCintaSederhana#
adalah tema yang diusung dalam perayaan HUT ke-2 Komunitas Desa Rangkat bulan
Oktober nanti yang akan dirayakan di kota Bandung.
Fiksi merupakan balasan
dari postingan-postingan sebelumnya: Sederhananya
Rasa, Aku Tak Sengaja, Jatuh Cinta Padamu, Bias
Ambiguitas, Diam-diam,
Teratai
Senja
No comments:
Post a Comment