Rizal duduk diam tanpa reaksi, surat cinta yang baru ditulisnya dibiarkan tergeletak di atas meja. Di sebelahnya Lala, sang Pujangga Cinta Rangkat
menghisap rokok Djaja penuh kenikmatan. Baru saja Lala membantunya
merangkai kalimat-kalimat puitis berisi rayuan untuk wanita idaman.
“Ehm…, yakin sajalah. Isi surat itu sudah puitis, kok. Dia pasti langsung jatuh hati,” kata Lala meyakinkan Rizal.
Rizal
tidak menjawab, matanya menatap rangkaian kalimat di kertas pink dengan
pandangan kosong. Dicobanya kembali membaca kalimat-kalimat indah nan
puitis itu. Kalimat yang singkat, tapi penuh arti dan kekuatan untuk
menundukkan hati.
*****
Untukmu, yang terkasih dan selalu di hati,
Dalam bingkai kerinduan yang berbalut sepi di sini
Adakah kau mengerti?
Bahwa sejak lama hati ini tak pernah lelah menanti
Untukmu, aku akan tetap menanti
Sampai kapanpun, sampai kau bisa menyerahkan rasa dan hatimu
Untuk ku rengkuh dalam indahnya hari
Dalam biduk yang akan kita tumpangi
Bersama, dalam ikatan rasa agungnya pernikahan
Kini, bolehkah aku mengungkapkan isi hati ini…?
Demi satu pertanyaan yang tak dapat ku tahan lagi…
Will you marry me…??
With love, Rizal Repotter, penyiar Rangkat TV
*****
“Puitis kan? Si dia pasti langsung jatuh hati,” Lala kembali meyakinkan Rizal.
Rizal setuju dengan ucapan Lala. Surat itu sangat indah dan puitis sekali. Tapi, untuk siapa surat ini akan di tujukan?
*********
No comments:
Post a Comment