Kembali aku menyalahkan sang waktu. Yang dulu tak memberiku kesempatan. Lalu meninggalkanku tanpa aba-aba. Hingga
membuatku terlambat mengambil keputusan. Untuk membawanya lari dari
kungkungan keadaan. Sampai akhirnya waktu kembali memberiku batasan,
hingga apa yang ku perbuat sekarang menjadi haram.
Kupagut
bibirnya dengan lumatan yang dalam. Ritual ini selalu kami lakukan
setiap kali menyelesaikan pergumulan nafsu. Dia tersungging menatapku
dengan pandangan puas. Setelah kami tuntas memadamkan gelora birahi yang
terlarang.
Natasha,
wanita yang dulu kuyakini ditakdirkan akan menjadi milikku. Kini
bersekat tanpa sanggup aku rengkuh dengan halal. Pagutan cintanya hanya
kunikmati dalam haram. Belaian erotisnya hanya kurasakan dalam
ketakutan. Dan desahan hasratnya hanya aku reguk bersama dosa.
“Ingat
Hans, jangan sampai salah memanggilku lagi. Tetap panggil aku dengan
panggilan ‘Mama’ dihadapan Papamu. Ingat itu…!!” pesan Natasha seraya
menjatuhkan kepalanya di dadaku yang telanjang.
No comments:
Post a Comment