Debar
jantung Hans makin tidak menentu. Keraguan membuat langkahnya terahan,
antara meneruskan niatnya untuk menemui sang Kembang, atau mengurungkan
niatnya. Surat bersampul merah Jambu yang kata-katanya dirangkai sepenuh
hati dengan bantuan pak RT Ibay lebay mulai basah karena keringat
dingin. Tapi apa boleh buat, dirinya kini sudah berada di pekarangan
depan rumah sang kembang.
Pekarangan
mungil itu terlihat asri didominasi mekar bunga Gladiol. Setidaknya ada
sekitar sebelas jenis bunga Gladiol yang bermekaran disana. Ada jenis
Gladiol Rose Van Lima, Malang Strip, Holland Merah, Holland Putih, Cangkurileung, …… dan satu bunga yang Hans sangat mengenal jenis Gladiol itu, Priscilla.
Hans yakin sekali itu adalah jenis Gladiol Prisscilla. Kelopak
bunganya berwarna putih cerah dengan bentuk floret bulat yang bersusun
selang-seling dengan tepi sepal yang berkerut, cantik dan memukau. Hans
menghampiri Gladiol Priscilla dan berusaha menyentuhnya dengan halus.
“Jangan
terlalu keras menyentuhnya, mas. Kelopaknya baru saja mekar, masih
rapuh. Belum mekar dengan sempurna,” suara lembut Kembang
mengagetkannya.
Hans
tersipu. Kembang menatapnya dengan senyum hangat. Jantung Hans semakin
berdebar kencang. Surat bersampul merah jambu diselipkannya ditelapak
tangan. Menunggu saat yang tepat untuk diserahkan.
“Tumben
mas Hans mampir kesini? Sudah lama lho mas Hans nggak mampir ke rumah
Kembang. Ronda juga jarang-jarang lewat sini……” lanjut Kembang memecah
kesunyian.
“Oh,
eh.. ehhm… iya. Akhir-akhir ini mas Hans sibuk. Hmm… eh… anu… tadi mas
Hans lewat sini, terus lihat bunganya cantik-cantik. Jadi mas Hans
tergoda untuk memetik…” Hans gugup menyahut.
“Ini
bunga-bunga Kembang dapatkan dari Taman Tujuh, dulu sewaktu sering
diajak jalan-jalan sama mas Rizal Repotter,” sahut Kembang.
Hans
terdiam ketika mendengar kata-kata Rizal Repotter disebut-sebut.
Lagi-lagi Rizal Repotter bakalan jadi penghalang. Sebegitu dalamkah
kenangan cinta diantara mereka? Hingga Kembang rela membawa sejuta
kenangan romantis di Taman Tujuh ke kehidupannya sekarang? Dan
merawatnya dengan sepenuh hati dalam kelopak-kelopak Gladiol yang terus
bermekaran?
“Gladiol Priscilla
ini mas Repotter sendiri yang mengambilkannya untuk Kembang,” kata-kata
Kembang terasa amat tajam menusuk Hans. Niatnya untuk memberikan surat
hasil rangkaian kata-kata ungkapan perasaannya terkubur sudah.
Hans pamit dengan berjuta rasa kecewa. Meninggalkan Kembang yang tiba-tiba merasa bersalah.
“Gladiol Priscilla-nya
baru mulai mekar, mas. Masih rapuh kalau disentuh. Tunggulah beberapa
saat lagi jika mas Hans akan memetiknya. Kembang janji, Gladiol Priscilla ini akan Kembang rawat untuk mas Hans……” suara Kembang lirih terdengar dibelakang.
Hans sempat menoleh dengan tatapan penuh tanda tanya. Benarkah Gladiol Priscilla itu aku yang akan memetiknya jika sudah mekar sempurna? Hanya Kembang yang bisa menjawabnya.
No comments:
Post a Comment