“Besok, setelah Jingga membaca surat ini, pasti Jingga akan segera mengajakku menikah……” Rizal bergumam puas.
“Sorry
yah, mas Hans…… Memang sudah nasibmu untuk selalu kalah bersaing
denganku. Jingga akhirnya menjadi milikku,” kembali Rizal menggumam
yakin.
Dibacanya
sekali lagi surat cinta yang baru saja ditulisnya. Surat untuk Jingga,
wanita idaman yang sudah lama dia nantikan cintanya.
****
Yang terkasih, Jingga.
To
the point aja yah. Aku sudah tidak bisa berbasa-basi lagi. Sekian lama
kita menjalin hubungan cinta, namun sama sekali aku tidak merasakan arti
keindahan cinta. Bersamamu hanya membuang waktu dan energiku.
Kini, biarkan aku pergi menemui kekasih hatiku di kaki gunung Naras nun jauh disana. Kekasihku yang selalu setia menungguku.
Untukmu,
rajutlah tali kasih bersama pemuda idaman gadis-gadis Rangkat, Rizal
Falih. Dia adalah pemuda yang paling cocok untuk jadi pendampingmu.
Bye-bye Jingga…
****
Rizal tersenyum penuh kemenangan. Sebelum melipat surat, dibubuhkannya tanda tangan:
Diatas nama yang bertuliskan: Dari mantan-mu. Hans, Hansip Rangkat.
No comments:
Post a Comment