Disaat
langit Jakarta mulai berpendar dalam keremangan. Ketika belantara
Jakarta hanya nampak bagai bayangan tak beraturan. Dan manakala aku
sudah terkurung dalam kabin penumpang. Aku dibawa makin meninggi,
menjauh dari bumi, lalu mengapung diantara awan.
Rekaman
adegan perpisahan denganmu kembali menari dibenakku. Adegan peran kita
pada lakon episode perpisahan, yang baru satu jam lalu kita mainkan. Tak
banyak dialog untai kata perpisahan, kecuali beberapa bait kata yang
akan mengikat kita. Dari hati ke hati, dari jiwa menuju jiwa, kita
berbicara dalam balut sendu ikhlas dan indahnya perpisahan.
“Pergilah,
jemputlah impianmu, dan bawakan kembali untukku. Rejeki yang Maha Kuasa
ada dimanapun. Lahan hamparannya begitu luas, setiap jengkal tanah di
belahan bumi manapun adalah ladang tempat untuk menjemput rejeki-NYA….”
dialog untai kata perpisahan darimu yang tentu akan selalu kuingat.
“Suatu
saat nanti jika tiba waktunya. Aku akan pulang membawakanmu impian
itu….” dialog janjiku sebagai seorang lelaki pada kekasih hati.
Aku
menjauh dan semakin jauh dari tempatmu berpijak kini. Aku pergi untuk
menjemput impianku yang kujanjikan untuk kubawakan padamu. Tunggu aku
Natasha, aku akan pulang. Perpisahan kita ini, kepergianku kini, dan
penantianmu nanti adalah lakon peran yang harus kita jalani. Aku yakin
akan ada akhir dari peran ini. Yaitu penyatuan hati diantara kita, dalam
ikatan biduk yang akan kita kayuh berdua. Pada saatnya nanti, aku akan
pulang untuk meminangmu.
“Aku akan menunggumu…. Menunggu kau datang untuk membawakanku impian itu…” demikian janji dan pintamu.
“Yah, dua tahun takkan lama…..” ucapku sambil berlalu, sebelum kantung air matamu menjadi derai penghantar kepergianku.
~^~ ***** ~^~
Kini
adalah babak episode baru pada peran kita. Aku pergi untuk menjemput
impianku, dan kau akan menungguku kembali bersama impianku itu. Berat
memang, tapi ini adalah peran kita. Andai kita bisa selalu bersama
memainkan peran ini, tentulah aku akan memilih peran itu.
“Dua
tahun takkan lama, peran yang berat ini pasti akan berujung…. Berganti
dengan peran manis, semanis impianku dan impianmu….” berulangkali aku
berusaha menghapus sendumu disetiap kesempatanku untuk menanyakan kabar
tentangmu.
Meski
jujur, aku memang terlalu pandai berbohong untuk menyemangati dan
menopang hatimu. Padahal aku begitu lemah dan rapuh disaat jauh darimu.
“Aku
setia menunggumu, impianmu adalah impianku. Peran kita yang berat ini
tentu akan berujung….” jawabmu seakan hendak menguatkanku.
Entahlah,
apakah dirimu juga pandai berbohong demi membangkitkan semangatku? Yang
jelas aku begitu terbantu dengan segala dialog ucapanmu.
~^~ ***** ~^~
Merendah,
makin mendekat ke pelukan bumi. Gumpalan awan mulai tersibak, hanya
kumpulan kabut tipis yang tersisa. Disaat langit Jakarta terlihat begitu
terik. Ketika belantara Jakarta makin tampak dengan angkuh beton tinggi
menjulangnya. Dan manakala aku mulai merasakan kebebasan yang sebentar
lagi akan kurengkuh. Dari kurungan kabin penumpang yang mengurungku
lebih dari delapan jam perjalanan. Setelah menembus cakrawala dari
belahan bumi sebelah sana.
Kini
aku datang, aku kembali pada tempat dimana kita dulu memainkan adegan
peran perpisahan. Lakon adegan peran seakan berulang, tapi dengan tema
yang berlainan.
“Aku
bawakan impian yang dulu pernah aku janjikan. Dua tahun tidak lama,
bukan?” untai kata yang sudah kuhapal mati sejak perpisahan kita dua
tahun lalu. Jauh sebelum aku merencanakan pulang kembali ke tempatmu
berpijak, Jakarta.
“Aku persembahkan bukti dari sebuah penantian…..” sambutmu dengan gejolak hasrat kebahagiaan.
Impianku dan penantianmu, adalah lakon peran yang telah kita mainkan. Kini saatnya lakon peran baru yang akan kita jelang.
“Natasha, aku akan meminangmu…”
**********
* Saat ini komunitas DESA RANGKAT sedang mengupayakan proyek taman baca “Pojok Baca Rangkat”. Bagi sahabat yang mau berpartisipasi menyumbangkan buku-buku bacaan, silahkan berkunjung pada link berikut: [Pojok Baca Rangkat] From Rangkat with Love
No comments:
Post a Comment