“Aku pulang….. Dari rantau, bertahun-tahun di negeri orang….”
Ceria dan
berbinar-binar, kesan itulah yang ku tangkap dari sorot mata pria yang
sudah tidak tergolong muda ini. Pertemuan singkat dengannya terjadi
kira-kira tiga atau empat hari sebelum ramadhan di salah satu restoran
Indonesia di Abu Dhabi pada saat makan malam. Dengan bersahaja dia
memperkenalkan namanya Suriyatno atau Supriyono, aku sedkit lupa dengan
namanya. Berasal dari Purwokerto…. atau Purwakarta…. Ah, lagi-lagi aku
lupa dari mana asal kotanya. Tapi kemungkinan dari Purwokerto sih,
karena kalau dari Purwakarta tentulah namanya Supriyatna atau Supriyana…
Apa hubungannya…???
Setelah ngobrol ngalur
ngidul dengan bapak ini, ternyata si bapak baru saja mengambil tiket
penerbangan Etihad Airways untuk pulang ke Indonesia besok dinihari.
Juga baru saja dia menyelesaikan acara berbelanja oleh-olehnya. Dua
kantung plastik ukuran raksasa dan satu tas koper sudah penuh dan siap
dibagikan isinya begitu kaki menginjak kampung halaman. Terang saja
wajahnya begitu ceria, karena pulang ke kampung halaman adalah impian
setiap perantau. Tentu sudah terbayang dibenaknya bahwa sebentar lagi
akan segera berkumpul dengan keluarga, sanak family, teman, dan handai
taulan.
Obrolan terus berlanjut,
dari obrolan ini ternyata si bapak ini bekerja di kota Dubai, salah satu
kota tetangga Abu Dhabi di Uni Emirat Arab. Beliau bekerja di bidang
perhotelan, tepatnya dibagian restoran sebagai juru masak. Tepat sudah
sebelas tahun dia bekerja di hotel tempatnya bekerja. Ini adalah pulang
ketiga kalinya semenjak dia bekerja di Dubai. Yang mengejutkan adalah
ternyata beliau tidak berniat lagi untuk kembali ke Dubai setelah pulang
ke Indonesia nanti. Dia mempunyai rencana untuk membuka restoran
sepulangnya nanti. Hasil bekerja selama sebelas tahun di Dubai
dirasakannya telah cukup untuk dijadikannya modal untuk membuka usaha
restoran di salah satu perumahan di Bekasi. Sebuah kios yang lumayan
luas untuk tempat membuka usahanya telah dia miliki yang dibeli secara
kredit, dan sekarang sudah lunas. Sekarang dengan hasil tabungan dan
sedikit uang pesangon di bulatkannya tekad untuk segera membuka usaha
restoran itu.
Mimpinya sangat sederhana,
ingin segera berkumpul dengan keluarga yang telah bertahun-tahun
ditinggalkannya mencari nafkah, dan bersama-sama dengan mereka membangun
usaha keluarga sebagai sandaran kehidupannya sehari-hari nanti. Terus
mimpi yang lainnya adalah ingin memperbesar usaha peternakan Bebek di
kampung halamannya, untuk usaha yang ini sudah berjalan dua tahun lebih.
Niat awalnya adalah memberikan lapangan pekerjaan bagi saudara dan
tetangga-tetangganya yang masih menganggur. Aku tertegun, sungguh mulia
niat si bapak ini, semoga apa yang bapak impikan dan cita-citakan akan
mudah tercapai…..
Semakin lama perbincangan
semakin menarik, apa yang telah di capai dan dilakukan oleh bapak ini
sungguh sangat inspiratif. Dedikasi dan pengabdiannya pada pekerjaan
mampu membawa dia bertahan sepuluh tahun lebih di tempatnya bekerja.
Padahal untuk menjalani kehidupan seperti si bapak yang harus berpisah
bertahun-tahun dengan keluarga ,mencari nafkah di tanah orang adalah hal
yang sangat berat. Tapi si bapak sukses menjalaninya, tentu dengan
segala macam pengorbanan yang cuma si bapak dan keluarganya sendiri yang
tahu tentang pengorbanan itu. Aku lebih tertegun dan kagum lagi setelah
mengetahui bahwa si bapak ini telah mengantarkan putra tertuanya
menjadi engineer mekanik dan sekarang bekerja di perusahaan pelayaran di
Singapura. Dan seorang lagi anak perempuannya tahun ini akan menamatkan
pendidikan di akademi perawatan di kota Bandung.
Tentu ada sekian banyak
cerita-cerita sukses lain dari para TKI kita yang berjuang mencari
nafkah di tanah rantau. Cerita si bapak ini adalah salah satunya. Jangan
dilihat dari hasil akhir yang didapatkan si bapak setelah lebih dari
sepuluh tahun berjuang. Tapi bagaimana dia menjalani kehidupan selama
sepuluh tahun lebih itu. Itu adalah hal terpenting, terutama bagi para
TKI yang hidup diperantauan. Karena cerita-cerita lain yang bertolak
belakang dengan kesuksesan si bapak juga banyak terjadi. Bertahun-tahun
mencari nafkah di negeri orang, tapi hasilnya tidak ada.
Waktu semakin larut ketika
si bapak berpamitan. Selamat pulang kampung bapak, doaku tulus untuk
kesuksesan bapak di langkah kehidupan selanjutnya…. Sungguh cerita
sukses si bapak, telah menjadi penyejuk di awal Ramadhan ini.
Ramadhan kareem,
Salam damai dari lembah gurun Habshan, Abu Dhabi UAE
No comments:
Post a Comment