Mata cekungnya terus menatap layar tivi mungil di wartegnya Nyimas.
Fahmi
kecil menyudahi aksinya, ketika lampu hijau menyala. Dua koin recehan
berhasil didapatkannya barusan, sebagai imbalan nyanyiannya yang
sumbang.
“Wow, kereeeenn….” Fahmi bergumam takjub.
Atraksi Limbad, sang master magician memang memukau. Tetap bugar meski telah dikubur beton lebih dari dua belas jam.
“Yuk, kita pulang……” ajak Sekar.
“Tapi, duitku belum juga nyampe Ceban…*)” Fahmi ragu, mendadak punggungnya terasa ngilu.
Perihnya sabetan ikat pinggang Bang Brewok dua hari lalu belum juga hilang, manakala setoran hariannya kurang.
“Andai aku sekuat Limbad….” samar Fahmi bergumam.
*****
FF sebelumnya: Kandas di Truk Tramtib
*Ceban; Sepuluh ribu rupiah.
**Image diunduh dari sini.
***Tokoh diatas meminjam nama para Kompasianer yang tergabung dalam komunitas penulis DESA RANGKAT.
No comments:
Post a Comment