Andai
semua mimpi dapat terwujud indah, maka aku akan bermimpi se-mau yang aku
suka. Andai semua angan dapat kugapai tanpa cela, maka akan kutembuskan
anganku melewati batas cakrawala. Memilikimu adalah mimpi yang
terindah. Dan melabuhkan hati padamu adalah pengharapanku yang
sebenarnya. Tapi merelakanmu
adalah hal terhormat dalam wujud kelelakianku. Selain sebagai bentuk
pertanggungjawabanku atas segala duka penantianmu.
Ketakutanku
bukan pada masa lalu. Karena masa lalu adalah torehan waktu yang tak
dapat kembali kurengkuh. Ketakutanku adalah ketika datangnya sang waktu
yang akan membawamu berlalu. Kemudian menempatkanmu pada batas sekat
yang bernama aturan, etika dan logika. Dimana aku diharamkan untuk
menyibak dan menembusnya.
Sungguh
aku takut jika tiba masanya untuk itu. Karena itu berarti adalah batas
akhir dari segala mimpi dan anganku untuk memilikimu..
“Biarlah
waktu yang menentukan. Jika memang kita ditakdirkan untuk bersatu, maka
akan tiba waktu itu…..” berulang kuucapkan kata-kata itu dalam ketidak
pastian dan ketidak mengertian.
Karena
waktu jualah aku tak kunjung menentukan sikapku. Membuatmu terlunta
dalam ketidakpastian pada masa penantianmu. Hingga menjadikanmu terluka
dalam setiap tarikan nafasmu. Tapi tidakkah kau tahu? Akupun terluka
karena keadaan ini? Hingga aku memasrahkan semuanya pada angkuhnya Sang
Waktu. Seraya berharap Sang Waktulah yang akan memberi vonis, atas
segala kondisi dan keadaan ini. Bukankah karena Sang Waktulah kita
dipertemukan?
“Aku
ingin kamu yang memutuskan…. Bukan Sang Waktu yang memberi
keputusan….!!” pintamu atas segala sikap dan ketololanku yang selalu
berlindung dibalik kata, Sang Waktu.
Dan
lagi-lagi sang waktu tersenyum, jika tak hendak dikatakan mentertawakan.
Karena tetap Sang Waktulah yang akhirnya berkuasa, karena ketidak
beranianku menentukan sikap dari segala pinta dan pengharapanmu.
**********
“Aku
terima nikahnya Natasha binti Muhammad Rizqi dengan mas kawin yang
tersebut, tunai….!!” kalimat Ijab Qabul itu mengalun sakral sangat
sempurna.
Ijab
Qabul ini telah mengakhiri segala derita penantian tak berkesudahanmu.
Sekaligus mengakhiri segala kepengecutanku yang selalu bermain di balik
kata-kata Sang Waktu. Keabsahan kalimatnya telah mengangkatmu pada
jenjang yang terhormat. Sebagai Natasha yang kini punya pemimpin dalam
mengarungi bahtera kehidupan.
Ijab
Qabul untuk menautkan dua hati dalam sahnya ikatan pernikahan ini,
bukanlah karena ditentukan oleh berkuasanya Sang Waktu. Tapi karena
kematangan jiwa seorang sahabat terbaikku. Yang bersama Sang Waktu telah
dihadirkan-NYA dalam kehidupanmu. Untuk menggantikan diriku yang
berbeda keyakinan agama denganmu.
Natasha, memilikimu adalah mimpiku yang terindah. Dan melabuhkan hatiku padamu adalah pengharapanku sebenarnya. Tapi
merelakanmu adalah hal terhormat dalam dalam wujud kelelakianku. Selain
sebagai bentuk pertanggungjawabanku atas segala duka penantianmu.
Bersama harapku dalam rengkuhan Sang Waktu, jadilah bidadari pendamping
Imam yang satu kepercayaan denganmu.
**********
Image dari sini
No comments:
Post a Comment