Azadi stadium Teheran, Islamic Republic of IRAN |
Timnas
Garuda terus menggempur pertahanan lawan, timnas Iran. Lima menit
lagi babak kedua akan berakhir, timnas Garuda masih tertinggal 0-1.
Tidak ada jalan lain, kecuali harus menyerang total.
M
Ridwan diganti, masuk Arif Suyono untuk menambah ketajaman serangan.
Oktavianus juga masuk menggantikan M Ilham. Saat-saat genting seperti
ini kita butuh pemain bernaluri mencetak gol yang tinggi, demi satu
gol agar satu point bisa dibawa pulang ke Jakarta.
“Huuufftt…. Adduuuhhh….…. Kenapa nggak ditendang langsung?” mas Inin bersungut kesal.
Peluang
mencetak gol hilang seketika. Bola direbut secara kasar dari kaki
Bambang Pamungkas oleh pemain lawan. Bambang dijatuhkan.
Hah…??
Penalti…? Yess…. Wasit menunjuk titik putih. Hadiah penalti diberikan
wasit untuk timnas Garuda. Kesempatan emas untuk menyamakan
kedudukan. Siapa yang akan mengeksekusi tendangan penalti ini? Bambang
atau Firman Utina? Tenang…. keduanya adalah jago-jago penendang bola
mati.
Bambang
maju sebagai algojo. Bola ditaruh di titik putih, siap untuk
ditendang. Bersiap dengan kekuatan penuh…. Satu… dua…. dan……….. kok
diam, sih…? Macet tidak bergerak.
“Udah, ah… kapok aku main PS disini lagi, kasetnya bajakan kabeh*…!! Pantesan aja macet melulu….!!” sungut mas Inin dongkol pada neng Kembang si penjaga Rangkat Rental Play Station.
******
No comments:
Post a Comment