Jamaah
sholat Ashar mulai keluar dari mesjid. Satu persatu menghampiri rak
sepatu tempat sandal dan sepatu dititipkan. Akupun ikutan mengambil
sepatu yang kutaruh di rak sepatu yang pojok.
Tidak
ada yang aneh, kecuali dua buah tas yang diletakkan disamping sepatuku.
Tas sandang yang dua-duanya bermerek “Eiger”. Aku tersenyum dan berkata
dalam hati. Ahh, pasti pemiliknya orang Indonesia. Kejadian ini terjadi
beberapa bulan lalu. Saat selesai melaksanakan ibadah sholat Ashar di
mesjid yang terletak di dalam pusat perbelanjaan Abu Dhabi mall, Abu
Dhabi UAE.
Rasa penasaran akan dugaanku, membuatku sedikit berlama-lama duduk
disitu. Yah, hitung-hitung berkenalan dengan orang Indonesia yang
sama-sama berada di perantauan. Apalagi di Abu Dhabi, untuk bertemu
dengan orang-orang Indonesia agak gampang-gampang susah. Komunitas orang
Indonesia disini tidak sebanyak di Qatar ataupun Arab Saudi.
Sekitar
lima menit menunggu, akhirnya si empunya tas merek Eiger pun datang.
Benar saja, dua wajah khas Indonesia keluar dari mesjid. Yang satunya
bertubuh kecil dengan rambut mulai memutih dan kulit agak sawo matang.
Tebakanku yang ini pasti berasal dari daerah Jawa dan sekitarnya.
Sementara yang seorang lagi bertubuh jangkung, rambut lurus, kulit putih
dan mata agak sipit. Hmm… mungkin dari Palembang, Lampung, atau…… ah
pokoknya Indonesia deh.
“Apa
khabar, mas? Dari mana nih aslinya?” tanda pembuka persahabatan sesama
perantauan yang disambut dengan jabatan tangan dari keduanya.
Ternyata yang bertubuh kecil berasal dari Semarang. Benar kan, tebakanku?
Sementara yang bertubuh jangkung dan bermata sipit adalah orang Bandung asli, pendukung setia si Maung Bandung PERSIB.
Keduanya adalah pekerja hotel di Dubai yang sedang jalan-jalan ke kota Abu Dhabi.
“Tadi aku lihat tas kalian disana, mereknya Eiger… Yah, dugaanku pasti kalian berasal dari Indonesia……”
keduanya pun tertawa.
“Memang benar, mas. Jarang-jarang sih kalo yang pake tas Eiger bukan orang Indonesia,” sahut si jangkung.
“Kita
tadi sudah tahu, pasti ada juga orang Indonesia yang sedang sholat di
dalam. Ternyata emang benar, ketemu sama mas disini,” sambungnya.
“Lho, kok bisa?” tanyaku belum mengerti.
“Lah…
itu bukunya tadi ditaruh di rak sepatu, diatasnya sepatu mas,” tunjuk
mas si orang Semarang kearah buku novel “Perahu Kertas”-nya Dee
ditanganku.
Aku tertawa, baru ingat sekarang kalau tadi aku menaruh buku novel itu diatas sepatuku.
“Makanya
tadi kita naruh tas dekatan dengan sepatunya si mas, kali aja si mas
ngerti kalau kita orang Indonesia juga, hahahahhahahaha…” kami tertawa
ringan memaknai indahnya pertemuan di sore itu.
Obrolan
berlanjut ketika kami melangkah bersama menuju restoran Indonesia.
Restoran “Sari Rasa” yang berjarak sekitar lima ratus meter dari Abu
Dhabi mall ini. Sekedar ingin menikmati kopi hitam “Kapal Api” dan
kepulan “Dji sam Soe” yang dikeluarkan dari tas “Eiger” tadi.
No comments:
Post a Comment