Mata
tajammu sempat menatapku, manakala aku mengeluarkan pisau tajam ini.
Kilatan cahaya yang memantul, terpancar dari pisau tajam di tanganku.
“Diam saja kau di situ…!!” perintahku ketika melihatmu mencoba berdiri.
Kaupun
kembali terduduk pasrah. Tubuh kekarmu seakan tak berarti apa-apa dalam
kondisi seperti itu. Lantang suaramu yang biasanya menggelegar, kini
lenyap seperti tertelan di ruangan sempit ini. Sekarang bersiaplah,
dalam hitungan detik mata pisau tajam ini akan menari di wajah sangarmu.
Belasan
tahun aku malang melintang di peran kehidupanku yang penuh resiko ini.
Tuntutan peran mengharuskan aku berteman dengan pisau tajam ini. Inilah
duniaku, dunia yang harus kujalani untuk meneruskan penghidupanku.
Sedikit
kesalahan adalah fatal akibatnya bagiku. Namun pengalaman telah membuat
diriku matang. Belum pernah aku gagal dalam menjalankan tugas berbahaya
seperti ini. Setiap orderan selalu kuselesaikan dengan sukses.
Sepuluh menit berjalan dalam dingin dan diam, hingga akhirnya……
“Berapa semuanya…?” tanyamu sambil mengelus-elus dagu yang klimis.
“Potong rambutnya sepuluh ribu, cukur jenggotnya gratis, bang,” sahutku.
Alhamdulillah, satu rejeki kuraih pagi ini lewat pisau cukurku.
No comments:
Post a Comment