Thursday, May 17, 2012

Menanti Kepak Sayap Garuda di Timur Tengah



13336255662075517814
Pesawat Boeing 737 milik maskapai penerbangan Garuda Indonesia di Terminal 3, Bandara Soekarno-Hatta, Tangerang, Rabu (2/2/2011). (KOMPAS IMAGES/RODERICK ADRIAN MOZES)


Etihad Airways, Emirates Airlines, dan Qatar Airways adalah tiga perusahaan penerbangan besar yang melayani penerbangan dari kawasan Timur Tengah, khususnya dari Qatar dan Uni Emirat Arab (UEA)  ke Jakarta, Indonesia. Disamping juga ada Saudi Arabian Airlines yang melayani rute Jeddah Saudi Arabia – Jakarta.

Untuk rute Jakarta – Saudi Arabia, selain Saudi Arabian Airlines yang merupakan perusahaan penerbangan milik pemerintah Arab Saudi, pemerintah kita melalui Garuda Indonesia juga ikut berkiprah dalam penerbangan jalur ini. Ini tentu bisa dimaklumi, karena selain banyaknya WNI yang bermukim di Arab Saudi sendiri, juga banyak WNI yang kerapkali menggunakan jasa penerbangan untuk jalur ini. Katakanlah sebagai jemaah umroh ataupun jemaah haji. Jadi memang sudah sepantasnya jika sayap Garuda Indonesia juga mengepakkan sayapnya di lintasan jalur ini.


Lalu bagaimana dengan jalur penerbangan dari kawasan Timur Tengah lainnya, yaitu jalur dari Qatar dan Uni Emirat Arab? Apakah Garuda Indonesia tidak tertarik untuk ikut mengepakkan sayapnya di lintasan ini? Apakah jalur ini kurang menjanjikan? Entahlah, ini butuh kajian dan studi kelayakan lebih lanjut dari pihak yang terkait. Dalam hal ini pihak PT. Garuda Indonesia sendiri tentu adalah pihak yang lebih berkompeten untuk mengkaji lebih lanjut. Namun sebagai salah satu pemakai jasa penerbangan yang secara rutin menggunakan jasa penerbangan dari UEA ke Jakarta, Saya tergerak untuk menuliskan beberapa opini yang sekiranya bisa menjadi masukan bagi pihak Garuda Indonesia.

Sebagai ilustrasi, Qatar Airways terbang ke Jakarta dari Doha Qatar setiap hari. Etihad Airways juga terbang setiap hari dari Abu Dhabi, UEA. Bahkan Emirates Airlines juga menerbangkan armadanya dari Dubai UEA ke Jakarta dua kali dalam sehari. Artinya jalur untuk rute dari kawasan ini cukup menjanjikan untuk menempatkan armada pesawat yang permanen untuk kontinyu beroperasi di jalur ini.

Untuk rute penerbangan langsung dari Abu Dhabi ke Jakarta, nampaknya pihak Etihad Airways sangat menangguk untung besar dari rute ini. Karena hanya Etihad Airways yang melayani rute penerbangan langsung ke Jakarta tanpa transit ini. Pengguna jasanya banyak yang merupakan WNI pekerja sektor formal yang rutin melakukan penerbangan. Dikatakan rutin karena dalam satu tahun banyak dari mereka yang melakukan penerbangan lebih dari empat kali untuk rute Abu Dhabi – Jakarta. Selain itu pengguna jasa yang berasal dari luar kawasan UEA juga banyak yang memanfaatkan maskapai ini. Seperti penumpang yang berasal dari Oman, Bahrein, Kuwait dan negara-negara kawasan teluk lainnya. Selain tentu saja para turis berkewarganegaraan Arab yang akan berlibur ke Indonesia.

Dalam dua tahun terakhir ini setiap kali mendekati jadwal penerbangan pulang ke Jakarta dari Abu Dhabi, Saya harus melakukan pemesanan tiket Etihad Airways jauh-jauh hari minimal tiga minggu sebelumnya. Disamping untuk menyiasati harga tiket yang murah, juga perlu untuk mengantisipasi ketersediaan kusri. Berbeda dengan tiga tahun sebelumnya, dua atau tiga hari sebelum penerbangan Saya masih yakin untuk mendapatkan kursi. Dan harga tiketpun tidak akan berbeda jauh dibandingkan dengan memesan jauh hari sebelumnya. Pilihan lainnya adalah terbang dengan menggunakan Emirates Airlines dari kota Dubai. Namun meskipun Emirates Airlines menyediakan dua kali penerbangan setiap harinya, kondisinya juga hampir sama.

Dalam satu tahun terakhir ini, Garuda Indonesia yang melayani rute penerbangan dari Amsterdam Belanda juga transit di Dubai. Awalnya ini adalah angin segar bagi para pengguna jasa penerbangan yang sebelumnya dilayani oleh Etihad Airways dan Emirates Airlines. Tapi untuk merasakan penerbangan milik bangsa sendiri ini butuh faktor keberuntungan juga. Karena ketersediaan kursi juga tergantung “sisa” kursi yang tidak terisi dari Amsterdam sebelumnya. Belum lagi kompetisi dari harga tiket, entah kenapa harga tiket penerbangan Garuda Indonesia dari Dubai ke Jakarta seringkali kalah menarik dengan harga tiket yang Etihad Airways dan Emirates Airlines tawarkan.

Sebagai informasi tambahan, Negara tetangga kita Singapura melalui Singapore Airlines-nya telah lebih dulu melebarkan sayapnya disini. Selain penerbangan dari Abu Dhabi dan Dubai ke Singapura, Singapore Airlines juga menawarkan layanan penerbangan ke Indonesia. Bukan hanya ke Jakarta, tapi juga ke kota-kota lainnya. Tentu saja setelah lebih dulu transit di Singapura.

Belum lagi maskapai-maskapai penerbangan asing lainnya. Yang sepertinya berlomba-lomba untuk menggaet para pengguna jasa penerbangan ke Indonesia. Sebut saja Cathay Pacific yang melayani penumpang ke Jakarta transit via Hongkong. Lalu ada lagi SriLankan Airlines yang transit dulu di Colombo Sri Lanka sebelum mengoper penumpangnya ke pesawat lainnya menuju Jakarta. Rasanya sayang sekali jika peluang ini dilewatkan saja oleh Garuda Indonesia.

Tapi tentu saja kesiapan pihak Garuda Indonesia untuk bersaing di jalur ini harus benar-benar matang. Karena untuk menggaet konsumen yang sebelumnya sudah dimanjakan dengan layanan Etihad ataupun Emirates bukanlah hal mudah. Ketersediaan pesawat dengan fasilitas dan fitur-fitur kenyamanan itu tentulah harga mati. Disamping juga mutu pelayanan dan penghargaan pada konsumen setianya.

Jika melihat penerbangan Etihad dari Abu Dhabi ke Jakarta atau sebaliknya, lebih dari setengah jatah kusri untuk kelas bisnisnya diisi oleh penumpang berkewarganegaraan Indonesia. Bukan oleh penumpang-penumpang bule atau warga negara Arab. Mereka ini adalah penumpang regular yang seringkali kelas tiketnya dinaikkan dari ekonomi ke kelas bisnis. Karena keloyalan mereka untuk selalu terbang bersama Etihad. Jika mereka melakukan penerbangan hanya satu atau dua tahun sekali, tentunya tidak berdampak banyak bagi Etihad. Tapi kebanyakan mereka adalah member guest yang terbang bisa lebih dari empat kali setahun. Mereka ini adalah TKI sektor formal yang bekerja di perusahaan-perusahaan oil dan gas setempat.

Dan Etihad Airways sangat mengerti bagaimana memperlakukan pelanggan setianya ini. Jadi ini adalah tantangan tersendiri bagi pihak Garuda untuk menarik mereka sebagai pelanggan setia Garuda Indonesia seandainya Garuda ikut mengepakkan sayapnya di jalur ini.

Mumpung pihak Kementrian BUMN yang diketuai sang Menteri Negara BUMN Dahlan Iskan sedang giat dan getolnya melakukan perbaikan atas aset-aset BUMN-nya, kiranya ini adalah sebuah masukan. Mungkin pihak Garuda Indonesia bisa melakukan kajian ataupun studi kelayakan untuk melebarkan sayapnya di kawasan Uni Emirat Arab dalam hal ini khususnya Abu Dhabi. Karena ini juga adalah sumber devisa.

Tentunya suatu kebanggaan tersendiri jika suatu hari nanti bisa melihat Garuda Indonesia dengan gagahnya parkir di Abu Dhabi International Airport. Berjejer dengan pesawat-pesawat maskapai penerbangan elit lainnya.

No comments:

Post a Comment