Etihad Airways, Emirates Airlines, dan Qatar Airways
adalah tiga perusahaan penerbangan besar yang melayani penerbangan dari
kawasan Timur Tengah, khususnya dari Qatar dan Uni Emirat Arab (UEA) ke Jakarta, Indonesia. Disamping juga ada Saudi Arabian Airlines yang melayani rute Jeddah Saudi Arabia – Jakarta.
Untuk
rute Jakarta – Saudi Arabia, selain Saudi Arabian Airlines yang
merupakan perusahaan penerbangan milik pemerintah Arab Saudi, pemerintah
kita melalui Garuda Indonesia
juga ikut berkiprah dalam penerbangan jalur ini. Ini tentu bisa
dimaklumi, karena selain banyaknya WNI yang bermukim di Arab Saudi
sendiri, juga banyak WNI yang kerapkali menggunakan jasa penerbangan
untuk jalur ini. Katakanlah sebagai jemaah umroh ataupun jemaah haji.
Jadi memang sudah sepantasnya jika sayap Garuda Indonesia juga
mengepakkan sayapnya di lintasan jalur ini.
Lalu
bagaimana dengan jalur penerbangan dari kawasan Timur Tengah lainnya,
yaitu jalur dari Qatar dan Uni Emirat Arab? Apakah Garuda Indonesia
tidak tertarik untuk ikut mengepakkan sayapnya di lintasan ini? Apakah
jalur ini kurang menjanjikan? Entahlah, ini butuh kajian
dan studi kelayakan lebih lanjut dari pihak yang terkait. Dalam hal ini
pihak PT. Garuda Indonesia sendiri tentu adalah pihak yang lebih
berkompeten untuk mengkaji lebih lanjut. Namun sebagai salah satu
pemakai jasa penerbangan yang secara rutin menggunakan jasa penerbangan
dari UEA ke Jakarta, Saya tergerak untuk menuliskan beberapa opini yang
sekiranya bisa menjadi masukan bagi pihak Garuda Indonesia.
Sebagai
ilustrasi, Qatar Airways terbang ke Jakarta dari Doha Qatar setiap
hari. Etihad Airways juga terbang setiap hari dari Abu Dhabi, UEA.
Bahkan Emirates Airlines juga menerbangkan armadanya dari Dubai UEA ke
Jakarta dua kali dalam sehari. Artinya jalur untuk rute dari kawasan ini
cukup menjanjikan untuk menempatkan armada pesawat yang permanen untuk
kontinyu beroperasi di jalur ini.
Untuk
rute penerbangan langsung dari Abu Dhabi ke Jakarta, nampaknya pihak
Etihad Airways sangat menangguk untung besar dari rute ini. Karena hanya
Etihad Airways yang melayani rute penerbangan langsung ke Jakarta tanpa
transit ini. Pengguna jasanya banyak yang merupakan WNI pekerja sektor
formal yang rutin melakukan penerbangan. Dikatakan rutin karena dalam
satu tahun banyak dari mereka yang melakukan penerbangan lebih dari
empat kali untuk rute Abu Dhabi – Jakarta. Selain itu pengguna jasa yang
berasal dari luar kawasan UEA juga banyak yang memanfaatkan maskapai
ini. Seperti penumpang yang berasal dari Oman, Bahrein, Kuwait dan
negara-negara kawasan teluk lainnya. Selain tentu saja para turis
berkewarganegaraan Arab yang akan berlibur ke Indonesia.
Dalam
dua tahun terakhir ini setiap kali mendekati jadwal penerbangan pulang
ke Jakarta dari Abu Dhabi, Saya harus melakukan pemesanan tiket Etihad
Airways jauh-jauh hari minimal tiga minggu sebelumnya. Disamping untuk
menyiasati harga tiket yang murah, juga perlu untuk mengantisipasi
ketersediaan kusri. Berbeda dengan tiga tahun sebelumnya, dua atau tiga
hari sebelum penerbangan Saya masih yakin untuk mendapatkan kursi. Dan
harga tiketpun tidak akan berbeda jauh dibandingkan dengan memesan jauh
hari sebelumnya. Pilihan lainnya adalah terbang dengan menggunakan
Emirates Airlines dari kota Dubai. Namun meskipun Emirates Airlines
menyediakan dua kali penerbangan setiap harinya, kondisinya juga hampir
sama.
Dalam
satu tahun terakhir ini, Garuda Indonesia yang melayani rute
penerbangan dari Amsterdam Belanda juga transit di Dubai. Awalnya ini
adalah angin segar bagi para pengguna jasa penerbangan yang sebelumnya
dilayani oleh Etihad Airways dan Emirates Airlines. Tapi untuk merasakan
penerbangan milik bangsa sendiri ini butuh faktor keberuntungan juga.
Karena ketersediaan kursi juga tergantung “sisa” kursi yang
tidak terisi dari Amsterdam sebelumnya. Belum lagi kompetisi dari harga
tiket, entah kenapa harga tiket penerbangan Garuda Indonesia dari Dubai
ke Jakarta seringkali kalah menarik dengan harga tiket yang Etihad
Airways dan Emirates Airlines tawarkan.
Sebagai
informasi tambahan, Negara tetangga kita Singapura melalui Singapore
Airlines-nya telah lebih dulu melebarkan sayapnya disini. Selain
penerbangan dari Abu Dhabi dan Dubai ke Singapura, Singapore Airlines
juga menawarkan layanan penerbangan ke Indonesia. Bukan hanya ke
Jakarta, tapi juga ke kota-kota lainnya. Tentu saja setelah lebih dulu
transit di Singapura.
Belum
lagi maskapai-maskapai penerbangan asing lainnya. Yang sepertinya
berlomba-lomba untuk menggaet para pengguna jasa penerbangan ke
Indonesia. Sebut saja Cathay Pacific yang melayani penumpang ke Jakarta transit via Hongkong. Lalu ada lagi SriLankan Airlines
yang transit dulu di Colombo Sri Lanka sebelum mengoper penumpangnya ke
pesawat lainnya menuju Jakarta. Rasanya sayang sekali jika peluang ini
dilewatkan saja oleh Garuda Indonesia.
Tapi
tentu saja kesiapan pihak Garuda Indonesia untuk bersaing di jalur ini
harus benar-benar matang. Karena untuk menggaet konsumen yang sebelumnya
sudah dimanjakan dengan layanan Etihad ataupun Emirates bukanlah hal
mudah. Ketersediaan pesawat dengan fasilitas dan fitur-fitur kenyamanan
itu tentulah harga mati. Disamping juga mutu pelayanan dan penghargaan
pada konsumen setianya.
Jika
melihat penerbangan Etihad dari Abu Dhabi ke Jakarta atau sebaliknya,
lebih dari setengah jatah kusri untuk kelas bisnisnya diisi oleh
penumpang berkewarganegaraan Indonesia. Bukan oleh penumpang-penumpang
bule atau warga negara Arab. Mereka ini adalah penumpang regular yang
seringkali kelas tiketnya dinaikkan dari ekonomi ke kelas bisnis. Karena
keloyalan mereka untuk selalu terbang bersama Etihad. Jika mereka
melakukan penerbangan hanya satu atau dua tahun sekali, tentunya tidak
berdampak banyak bagi Etihad. Tapi kebanyakan mereka adalah member guest
yang terbang bisa lebih dari empat kali setahun. Mereka ini adalah TKI
sektor formal yang bekerja di perusahaan-perusahaan oil dan gas
setempat.
Dan
Etihad Airways sangat mengerti bagaimana memperlakukan pelanggan
setianya ini. Jadi ini adalah tantangan tersendiri bagi pihak Garuda
untuk menarik mereka sebagai pelanggan setia Garuda Indonesia seandainya
Garuda ikut mengepakkan sayapnya di jalur ini.
Mumpung
pihak Kementrian BUMN yang diketuai sang Menteri Negara BUMN Dahlan
Iskan sedang giat dan getolnya melakukan perbaikan atas aset-aset
BUMN-nya, kiranya ini adalah sebuah masukan. Mungkin pihak Garuda
Indonesia bisa melakukan kajian ataupun studi kelayakan untuk melebarkan
sayapnya di kawasan Uni Emirat Arab dalam hal ini khususnya Abu Dhabi.
Karena ini juga adalah sumber devisa.
Tentunya
suatu kebanggaan tersendiri jika suatu hari nanti bisa melihat Garuda
Indonesia dengan gagahnya parkir di Abu Dhabi International Airport.
Berjejer dengan pesawat-pesawat maskapai penerbangan elit lainnya.
No comments:
Post a Comment