“Mulai sekarang mas Hans simpan sendiri deh, kebaya-nya….” kata Mommy sambil meletakkan sebuah bungkusan di atas meja.
“Tapi, Momm….” Hans menyahut kaget.
“Ahh,
sudahlah mas. Mom sudah capek setiap hari menjaga kebaya ini. Dulu
katanya kebaya ini akan segera diberikan pada salah satu gadis Rangkat.
Tapi sampai hari ini belum juga diberikan. Mom nggak bisa lagi
berlama-lama menunggu kepada siapa kebaya ini akan diberikan…..” potong Mommy sebelum meninggalkan Hans sendirian di balai desa.
**********
Percakapan
dengan Mommy tadi pagi masih terngiang di kepala Hans. Percakapan yang
begitu menohok dan harus segera diberikan jawaban. Memang sudah hampir
setengah tahun dirinya menjabat sebagai Kepala Desa Rangkat tanpa ada
pendamping. Saat ini warga desa Rangkat hanya memiliki sosok Kepala Desa
tanpa pendamping, alias Kades jomblo.
Beberapa
peran Teteh Kades selama ini lebih banyak dibantu oleh Mommy sebagai
istri mantan Kades yang lalu. Bahkan kadang-kadang para pegawai desa
yang terpaksa turun tangan merangkap tugas Teteh Kades untuk acara-acara
protokoler tertentu. Misalnya untuk acara ibu-ibu PKK Rangkat, Aciek, sang Sekretaris Pribadi Kades yang langsung menangani. Jika Aciek berhalangan, Asih yang menjabat Sekretaris Desa juga ikut membantu. Dan kalau semuanya berhalangan, maka Cici Kim Foeng-lah yang akhirnya turun gunung meninggalkan tugasnya sebagai staf balai desa.
Pada
saat-saat awal dirinya menjabat sebagai Kades, memang tidak menjadi
masalah. Namun sekarang ketika tugas sebagai abdi masyarakat semakin
banyak, rasanya tidak mungkin mereka berlama-lama berperan ganda.
Sebagai petugas kantor desa sekaligus merangkap tugas menjadi Teteh
Kades.
“Nanti pada waktu peresmian Pojok Baca Rangkat, adik-adik yatim disana kepingin kenalan dengan Teteh Kades, gimana yah…?” uneg-uneg Dwee pada rapat bulanan warga di rumah pak RT Ibay minggu lalu.
“Juga rasanya nggak enak kalau setiap pengajian ibu-ibu, Teteh Kades-nya diwakili oleh staf balai desa….” sahut bu guru Yuli.
“Selagi
belum ada Teteh Kades yang mendampingi, Aa` Kades itu akan terus
kelayapan kesana kemari menebarkan pesonanya pada gadis-gadis desa. Huh,
menyebalkan….!!” bu Yety menimpali.
“Iya….
Bagusnya dicarikan saja Teteh Kadesnya. Kalau kelamaan Aa` Kades
menjomblo, kasihan kami para pemuda. Selalu kalah bersaing dengan Aa` Kades dalam memikat gadis-gadis desa….” tiba-tiba kang Inin ikut nimbrung urun suara.
“Betul itu….!!” Om Garong yang entah dari mana datangnya ikutan bersuara.
Perbincangan-perbincangan
tentang diri Hans sang Kades yang jomblo makin hari makin santer
terdengar. Di kios-kios pasar desa Rangkat, di pos ronda, di taman desa,
dan di setiap kesempatan warga berkumpul.
Bukannya
tidak ada pilihan hingga saat ini Hans belum menemukan pendampingnya.
Tetapi karena banyaknya pilihan maka membuat dirinya bingung untuk
menentukan pilihan. Karena sifatnya yang plin-plan dan terlalu banyak
menebarkan pesonanya-lah yang menjadi penyebabnya.
**********
–Bersambung– ke part-2
* Saat ini komunitas DESA RANGKAT sedang mengupayakan proyek taman baca “Pojok
Baca Rangkat”. Bagi sahabat yang mau berpartisipasi menyumbangkan
buku-buku bacaan, silahkan berkunjung pada link berikut: [Pojok Baca Rangkat] From Rangkat with Love
No comments:
Post a Comment