Surat
pernyataan terbuka yang dikeluarkan pak guru Odi memang telah membuat
warga sedikit lebih tenang. Namun itu barulah sebatas klarifikasi
mengenai ketidak terlibatan pak guru Odi dalam misteri kalung liontin
“D”.
Setidaknya
warga masih menunggu klarifikasi-klarifikasi dari beberapa orang
lainnya. Misalnya dari pak Thamrin selaku pembina Hansip desa Rangkat.
Yang secara tidak sengaja namanya ikut terseret kasus kalung liontin “D”
ini. Ataupun klarifikasi dari para pesakitan yang kini fotonya
terpampang di pos Hansip sebagai orang yang dicurigai.
Namun
Hans dan Dorma, duo Hansip Rangkat ini mulai sedikit bernafas lega.
Karena tidak seperti kemarin-kemarin. Kumpulan ibu-ibu dan para wanita
desa Rangkat yang menuntut diusut tuntasnya kasus D-gate ini, sedikit
demi sedikit mulai membubarkan diri dari pos Hansip. Para wanita mulai
kembali kerumahnya masing-masing setelah mendapat wejangan dari pak guru
Odi. Bahwa kasus D-gate akan diungkap ke publik setelah semua pria yang
dicurigai memberikan klarifikasi.
Yang
tertinggal di pos Hansip hanyalah bunda Selsa dengan meja berisi
dagangan aneka gorengannya. Sejak gelombang unjuk rasa yang dilakukan
para wanita desa Rangkat menggeliat di pos Hansip, bunda Selsa tidak mau
ketinggalan. Dia menganggap ini peluang bisnis. Yah, ikut meramaikan
acara unjuk rasa sambil ikutan menangguk rupiah, begitu pikirnya.
Berunjuk rasa, berkumpul, berteriak, dan berdagang aneka gorengan….
Suasana
sukacita dan riang gembira juga melingkupi kediaman neng Asih dan
adiknya Acik. Kehadiran Erwin si bocah ingusan dikediaman mereka telah
mewarnai hari-hari mereka. Erwin yang menurut Acik sangatlah mirip
dengan artis yang bernama Afgan, adalah pribadi yang sangat menyenangkan
dibalik keluguannya. Tak sabar rasanya Acik ingin segera memiliki kakak
ipar yang mirip Afgan ini.
“Kakak sih senang sekali kalau Acik setuju kakakmu ini menjalin hubungan lebih jauh dengan mas Erwin,” kata Asih suatu kali.
“Awalnya
sih, Acik bete banget begitu tahu mas Erwin mau tinggal bersama kita.
Tapi setelah ketemu, kok rasanya rugi banget kalau seseorang yang unik
kita biarkan kedinginan merana diluar….” sahut Acik dengan senyum yang
sangat sulit diartikan.
“Ahhhh…. kamu bisa aja. Awas yah, jangan ikut-ikutan tergoda dengan mas Erwin,” Asih mencubit pipi Acik dengan gemas.
Acik
kembali tersenyum, dengan senyum yang sangat sulit diartikan. Hanya dia
sendiri yang tahu arti senyumannya itu. Jauh dilubuk hatinya yang
paling dalam, suatu rasa yang tidak bisa dibohongi telah hadir. Dia
tidak bisa memungkiri bahwa kehadiran si Bocah Ingusan dirumah kakak
beradik ini telah memberikan getar dan rasa yang berbeda.
“Awas yah, jangan ikut-ikutan tergoda dengan mas Erwin,” Acik kembali teringat kata-kata kakaknya barusan.
Kata-kata
peringatan yang sangat tegas, sekaligus mengindikasikan bahwa si Bocing
adalah milik kakaknya. Teringat kata-kata kakaknya itu, Acik kembali
terdiam. Berusaha menyembunyikan kegalauannya akan suatu rasa yang hanya
dia sendiri yang tahu.
Ahh…. Episode Cinta Rangkat memang kusut. Dan akan lebih kusut lagi ketimbang ECR-1.
No comments:
Post a Comment