Tersangka sekaligus tertuduh |
Berawal dari kepergoknya kang Inin yang pertama kali memesan kalung itu oleh Asih. Misteri kalung liontin berinisial “D” terus menggelinding bagai bola panas.
Kalung
“D” sempat mendarat di leher Dorma, si Hansip wanita. Pernah pula
diakui kepunyaannya mas Lala yang dibuang ke danau saat hatinya kecewa
karena dijutekin tante Deasy.
Sempat
pula bertengger di panggung wayangnya Ki Dalang Edi. Sampai akhirnya
kalung “D” sampai ke kamar Mommy. Hingga kini kalung “D” itu masih
sebuah misteri.
Pernah terungkap dari omongan Acik sang Sekdes cantik, bahwa kalung “D” itu berasal dari
si Bocing (Bocah Ingusan). Tapi warga tidak sepenuhnya percaya. Karena
warga tahu, bahwa Acik adalah tangan kanannya Mommy. Bisa saja Acik
sengaja mengorbankan Bocing demi melindungi Mommy yang kini terancam
sebagai bu Kades yang tidak setia.
Ahhh……
Hans menatap rumah Mommy dari pos Hansip. Pintu rumah itu kini tertutup
rapat. Semenjak isu kalung “D” itu beredar, Mommy dan kedua anak
gadisnya lebih banyak mengurung diri.
Hans
beralih menatap poster yang tertempel di pos Hansip. Tertempel disitu
foto delapan orang pria desa Rangkat yang dicurigai sebagai laki-laki
yang telah bermain api. Yang dengan sengaja mengirimkan kalung “D” pada
Mommy. Setidaknya ini versi Mommy.
Hans ingat kemarin malam, saat Mommy meminta izin untuk menempelkan poster itu. Dengan sesenggukan mommy berkata…
“Satu
diantara delapan pria inilah orangnya…… Mom harap mereka segera
mengaku. Mom mau mereka datang dan memberikan klarifikasi pada warga,
sebelum pak Kades pulang… hiks…”
“Tapi,
Mom…… Bukankah mas Lala sudah terindikasi sebagai tersangka? Bukankah
mas Lala sudah mengaku bahwa kalung itu kepunyaannya untuk tante Deasy?”
“Itu kalung untuk Deasy, De Rangkat, D-wee, Dewa, Dyah, Dorma, Depe Kecil, atau siapapun itu, Mom nggak perduli. Mom hanya mau tahu siapa pengirim kalung “D” itu..!”
Hans
merenung sekarang, pikirannya menerawang jauh. Kenapa dirinya ikut
menjadi orang yang dicurigai Mommy? Ahh, sudahlah…… Mungkin Mommy sedang
gundah. Pada akhirnya akan ketahuan juga, siapa sebenarnya pria
misterius yang telah mengirim kalung “D” itu.
Ditatapnya
foto di poster itu satu persatu. Ada Mas Repotter, Bocing, Kang Nugie,
Kang Inin, Mas Lala, Ki Dalang, Bang Ibay, dan Hans sendiri. Ahhh…
apakah benar, satu diantara delapan pria itu adalah pelakunya?
Tiba-tiba
pak Thamrin, si pembina Hansip desa Rangkat datang berbarengan dengan
pak guru Odi. Tergopoh mereka masuk kedalam pos Hansip. Tanpa basa-basi
langsung melihat poster yang tertempel itu. Hans dan Dorma yang sedang
berjaga terkaget dan langsung berdiri tegap memberi hormat. Dikira ada
inspeksi mendadak.
“Yess…… foto kita nggak ada, mas..” kata pak Thamrin sambil berbisik.
“He eh… berarti kita aman,” sahut pak guru Odi juga dengan berbisik.
Lalu secepat kilat mereka berdua pergi meninggalkan Hans dan Dorma yang kebingungan.
“Jangan-jangan mereka juga terlibat juga yah, mas…?” kata Dorma.
“Hmmm… bisa jadi,” sahut Hans yakin.
No comments:
Post a Comment