Mommy,
manajer tim Rangkat FC berkacak pinggang, matanya mendelik menahan
amarah. Lagi-lagi Rangkat FC dikalahkan lawan di kandang sendiri.
“Beri saya penjelasan, kenapa lagi-lagi kita kalah?” tanya Mommy berang.
Semua menunduk menyembunyikan muka. Berpikir keras mencari alasan yang tepat.
“Kesebelasan lawan banyak pemain asingnya……,” pelan si kapten Lala bersuara.
“Pemain lawan juga jangkung-jangkung, Momm,” Rey si gelandang tengah bersuara.
“Kayaknya mereka minum obat perangsang deh, sebelum bertanding…,” kali ini D-wee ketua tim medis berpendapat.
“Pemandu soraknya juga lebih seksi,” tambah jeng Pemi, ketua tim pemandu sorak Rangkat FC.
Satu
persatu semua bersuara mengemukakan alasan. Tapi Mommy tidak puas.
Baginya semua alasan itu adalah omong kosong dan terlalu mengada-ada.
“Semua gara-gara Nurdin………!! Nurdin nggak mau turun, sih…!!” tiba-tiba Hans bersuara.
Semua menoleh pada Hans.
“Coba
kalau Nurdin mau mundur, pasti kita tidak bakalan kalah. Tapi Nurdin
tetaplah Nurdin. Biarpun kesebelasan kita sedang diserang, tetap saja
Nurdin tidak mau mundur,” lanjut Hans.
Nurdin
adalah pemain bertahan Rangkat FC. Meskipun posisinya sebagai pemain
bertahan, tapi dia selalu berada di depan gawang lawan. Cuma menunggu
bola muntahan untuk diceploskan ke gawang lawan. Dia tidak pernah mau
mengikuti teriakan teman-temannya untuk mundur membantu pertahanan.
Sekarang
Mommy sudah tahu alasannya kenapa Rangkat FC selalu kalah. Yaitu karena
seorang Nurdin yang tidak mau turun. Kini keputusan sudah diambil
Mommy. Nurdin bukan hanya diturunkan secara paksa, tapi dikeluarkan
secara paksa. Dikeluarkan dari susunan pemain Rangkat FC.
Nurdin….. Nurdin….. Coba deh kamu mundur…..
No comments:
Post a Comment