“Lagi ngapain, Kang?” Repot-ter sok akrab.
“Lagi ngepak-ngepak barang,” sahut Kang Hikmat cuek.
“Emang mau kemana?”
“Ada urusan, mau ke luar Jawa sebentar”.
“Ngajak-ngajak dong mas…..”.
“Ngajak apaan? “
“Itu…. mbok ya ajak aku dong, lagi suntuk nih di desa”
“Emang kenapa?”
“Lagi patah hati, Kang… Kembang mulai berpaling…”
“Yakin nih mau ngikut? Kuat mental…? Siap lahir bathin…?”
“Emang kenapa, Kang?”
“Akang perginya nggak sendirian, lho….”
“Sama siapa, Kang?”
“Yah…. sama Kembang…. Kembang juga kepengin ngikut….” Kang Hikmat tersenyum. Senyum yang sulit diartikan.
“Kang…. Jangan bercanda sih…! Terus, Zwan kan………” Repot-ter tak sanggup meneruskan omongan.
Yang menguping pembicaraan bubar jalan.
“Kalau Kang Hikmat mulai bermain, tambah berat nih perjuangan…” bathin Hans sambil kabur bawa pentungan. Dorma ngikut dibelakang, seragam Hansipnya kedodoran.
“Biarkan mereka dengan keruwetan mereka, yang penting jalan kita aman….” ujar Kang Inin pada Acik yang menggelayut nyaman.
“Kayak di sinetron aja, lebay…..” gumam bunda Selsa. Bunda Nyimas mengangguk sambil menarik Depe Kecil pulang.
“Hiks………” Zwan, sang gadis petualang menangis tertahan. Pandangannya kosong menatap si tukang arsip dari kejauhan.
*
*
***Dalam rangka pemanasan menyambut ECR-2, sambil nungguin Mommy yang sibuk melobi calon Ketua KATAR***
No comments:
Post a Comment