Dua
belas kali kentongan Pos Hansip bergema. Tepat tengah malam kini,
berarti berakhir sudah batas waktu sayembara yang ditempel di tembok Pos
Hansip. Ternyata sampai sayembara ini di tutup, hanya satu berkas
amplop lamaran yang masuk.
Apakah tidak ada wanita yang tertarik
untuk mengikuti sayembara ini? Sebegitu hancurkah pamor si pembuat
sayembara ini? Sehingga hanya seorang wanita yang tertarik untuk
mengikuti sayembara ini? Padahal sayembara ini adalah ajang untuk
mencari pendamping hidup bagi si pembuat sayembara ini. Sebegitu tidak
menarik kah lelaki ini?
Om David dan mas Hans saling berpandangan penuh keheranan.
“Kita tunggu saja sampai mas Thamrin
datang, sesuai pesan sponsor amplop belum boleh di buka sebelum
semuanya terkumpul, kita lihat apakah ada titipan amplop dari warung
kopi mas Budi van Boil dan warnetnya bu Nyimas” kata Om David.
Tak lama kemudian, orang yang ditunggupun datang, tapi tanpa membawa apa-apa.
“Kosong… nol besar…. Nggak ada yang naruh lamaran…!!” teriak bang Thamrin dari kejauhan.
“Ya sudahlah…. Si pembuat sayembara ini ternyata memang bukan idola para wanita di desa kita” sahut Om David lagi.
“Kita buka aja sekarang Om, biar hasilnya kita laporkan langsung ke sponsor, si pembuat sayembara ini” usul mas Hans kemudian.
“Oke…. Kita buka, kita bertiga yang jadi saksi… Satu…. Dua… Tiga….” Bang David memberi komando sekalian merobek ujung amplop merah jambu itu.
Setelah amplop itu terbuka, ketiganya
terlihat begitu serius menyimak, dan akhirnya ketiganya tersenyum puas.
Yah, meskipun peminat sayembara ini hanya satu orang wanita saja,
tidaklah mengapa. Karena mereka yakin si pembuat sayembara pasti akan
sangat bahagia. Karena wanita ini adalah wanita idaman semua pria di
desa Rangkat. Wanita yang sungguh sempurna.
Ketiganya tidak menyangka, ternyata wanita ini diam-diam telah jatuh hati pada si pembuat sayembara.
“Ayo om, cepat telpon si empunya hajat, jangan biarkan cinta ini bertepuk sebelah tangan” teriak mas Hans kegirangan. Benaknya telah membayangkan keserasian dua pasangan ini kelak.
“Oke, aku telpon sekarang…” sahut om David.
Tit tut tit tut tit tut tit tuuuuuut………
“Hallo….” Ada sahutan di seberang sana.
“Hi bang, mau lapor neh dari Pos Hansip mengenai sayembara itu…” Om David memulai pembicaraan.
“Oke… aku udah nungguin dari tadi, bagaimana hasilnya…?” suara itu menyahut dengan irama tidak tentu karena tegang.
“Hasilnya tidak mengecewakan, ada satu orang yang sangat berantusias menjadi pendamping anda…” jelas om David lagi.
“O o… siapa dia?” semakin tidak sabar menunggu jawaban.
“Sebaiknya abang datang kesini…. Saya
khawatir pembicaraan kita di sadap pihak-pihak tidak bertanggung jawab….
Saya kasih tahu inisialnya saja dulu…” Om David juga tidak sabar menjelaskan.
“Boleh… aku datang segera sekarang…. Tapi siapa inisialnya?” semakin memburu suara dari seberang sana.
“Inisialnya…. “M” …” sahut Om David lugas.
“Oh…. Jangan-jangan…….. oke-oke…. Aku
meluncur kesana sekarang… meluncur…!!!” Terdengar teriakan tertahan yang
menggelora diseberang sana.
Dalam hati si pembuat sayembara ini bertanya-tanya, siapakah si “M” ini? Jangan-jangan si……
No comments:
Post a Comment