Dinding sebelah kiri
Pos Hansip itu kini sudah penuh dengan poster-poster pemain Timnas. Ada
Bambang Pamungkas, Boaz salosa, Charis Julianto, dan beberapa aksi-aksi
pemain Timnas yang sedang berlaga. Mas Hans menatapnya dengan puas.
Di dinding sebelah
kanan pos Hansip pun sama. Mas David Solafide memandang puas
poster-poster para jagoan Kungfunya. Ada Jackie Chan, Brucee Lee, Jet
Lee, dan Lee-Lee yang lainnya.
Keduanya telah
sepakat untuk menghias Pos Hansip ini dengan poster idolanya
masing-masing. Mas Hans dengan idola pemain bolanya mendapatkan jatah
dinding sebelah kiri dan mas David kebagian dinding sebelah kanan.
Tembok bagian tengah adalah jatah pak Thamrin Dahlan, anggota Hansip
yang lainnya.
Dari kejauhan pak
Thamrin datang dengan membawa segulungan karton. Pasti itu poster-poster
idola nya. Konon, pak Thamrin adalah pencinta artis-artis cantik dalam
negeri. Wah, bisa dibayangkan pasti artis-artis cantik seperti Luna
Maya, Cut Tari, Dian Sastro, Mulan Kwok…. Bakalan ikut menyemarakkan
tembok Pos Hansip tercinta ini. Hehehehe…
“Bagianku
dan Om David semuanya sudah di tempelin poster. Keren kan? Tinggal
bagian pak Thamrin yang masih kosong…” kata mas Hans bangga ketika pak
Thamrin mendekat.
Pak Thamrin melongok kedalam, dan tiba-tiba dia terkaget bukan kepalang.
“Hah….?? Apa ini..? Kok jadi rame begini? Wah… kacau…. Kacau….” pak Thamrin terheran-heran.
“Apa yang salah? Jackie Chan nya kurang seksi yah…?” mas David tidak kalah herannya.
“Bukan… bukan itu…., ini penempatannya kurang cocok….” pak Thamrin menjelaskan.
“Mas Hans,
pak David…., Ini pendapat saya… sebaiknya kita bikinkan saja semacam
tembok lainnya di depan Pos ini. Nanti bukan saja poster-poster itu yang
bisa dipajang, hasil karya warga desa berupa lukisan, puisi, cerpen,
dan lain-lainnya pun bisa di pajang disitu… yah, semacam majalah dinding
lah…” terang pak Thamrin panjang lebar.
“Kalau semua poster-poster ini dilepas lagi, jadi nggak menarik lagi dong…?” mas Hans bertanya.
“Nih… aku baru dari
rumah Pak Kades. Ada titipan ini…. daftar ronda warga kita, ini daftar
kegiatan kopdar dan rencana arisan dari ibu Mommy, yang ini daftar
pengumuman jadwal kebersihan, yang ini….. yang ini….dan yang ini…………,
semuanya harus ditempel, biar warga pada tahu….” sahut pak Thamrin
sambil membuka gulungan karton nya.
“Dan ini juga, ini
poster bapak Presiden dan Wakil Presiden berikut lambang Negara. Juga
ini ada poster Pak Yayok dan Bu Mommy selaku Pak Kades dan Bu Kades,
juga kudu ditempelin” tutup Bang Thamrin.
“Oke deh…. kalo begitu…. Laksanakan…..” pungkas Om David.
Dan akhirnya mereka
bergerak melakukan pembersihan, poster-poster yang sudah terlanjur di
pajang sebelumnya itu mereka copot, dan diganti dengan poster-poster
yang dibawa bang Thamrin tadi…
******
Keesokan paginya….. Pagi yang damai dan cerah di desa Rangkat.
Tapi pagi ini tidak
seperti biasanya, ada banyak kerumunan orang di pos Hansip. Hampir semua
penghuni desa Rangkat berkerumun disana. Bahkan pak Yayok dan Mommy
juga hadir disana….
“Nah…. Ini dia Hansipnya…” sambut pak Yayok ketika mas Hans mendekat.
“Kenapa sampeyan ijinkan seluruh warga memajang poster wajah mereka di tembok ini…?? Lihat tuh…” semprot pak Yayok.
Mas Hans melongok ke
dalam markasnya. Ya ampun…. Kini tembok itu penuh dengan poster dan
foto-foto penghuni warga desa Rangkat dengan akting dan gaya narsis nya
masing-masing. Poster pak Yayok dan bu Mommy pun hampir tertutupi oleh
poster-poster narsis warga tersebut.
“Saya tidak tahu
pak, semalam kita cuma nempelin poster pak Yayok dan bu Mommy. Kok pagi
ini jadi banyak begini…. Suerr pak, aku nggak tahu…” sahut mas Hans
bingung.
Suasana masih bising
ketika dari kejauhan datang lagi serombongan orang yang masing-masing
membawa gulungan kertas di tangan mereka. Mereka adalah Jingga, Uleng
Tepu, Mimin Mumet, Acik, dan Dorma
“Nah…. Sekarang giliran Jingga yang nempelin poster seksinya….., hihihi..” Jingga maju menerobos kerumunan orang-orang.
“Lho…, kok kamu ikut-ikutan nempelin poster?” tanya pak Yayok.
“Iya dong papi
sayang, kan poster Jingga belum ada…, emang papi dan mami doang yang mau
ngetop…. Kita-kita juga boleh dong nempelin poster narsis kita…..
hihihi…”
Dengan anggunnya
Jingga diikuti rombongannya menempelkan poster wajah mereka. Kini poster
pak Yayok dan Mommy telah tenggelam oleh poster-poster wajah narsis
warga.
Oooooo…. Jadi itu
sebabnya, semuanya kepingin ikut-ikutan nempelin poster wajah mereka di
Pos Hansip. Tidak mau ketinggalan dengan pak Yayok dan Mommy yang
posternya telah lebih dulu di pasang semalam. Pak Yayok hanya bisa
geleng-geleng kepala.
Warga desa semakin
banyak yang datang, berdesak-desakan mencoba menempelkan posternya
masing-masing. Semuanya ingin posternya tertempel dengan anggun, lengkap
dengan gaya narsisnya masing-masing… Mas Hans hanya terpaku menatapi
mereka.
“Hey… sisakan tempat
untukku…. Aku ambil posterku dulu… ikuuuuutt… memang cuma kalian yang
mau nampang….??” mas Hans tiba-tiba berteriak.
No comments:
Post a Comment