Malam dingin yang gelap masih menyelimuti desa Rangkat. Dua orang Hansip David Solavide dan Thamrin Dahlan dibantu si penyair jalanan yang rada sinting Reynando sedang melakukan kegiatan rutin mengontrol keamanan kampung.
Sambil menunggu rekan-rekannya kembali ke Pos, mas Hans si komandan Hansip membuka-buka file di laptop inventaris Pos Hansip. Dibukanya file yang berisi tentang surat-surat. Ada beberapa surat yang harus di print out agar besok bisa segera di serahkan kepada yang bersangkutan.
Yang pertama adalah surat peringatan untuk saudara mas Rawa, si Juragan Jahat yang sudah mau tobat, karena telah beberapa kali mengadakan rapat gelap dirumahnya untuk melakukan penculikan wanita desa Rangkat jilid dua.
Yang kedua juga adalah surat peringatan kepada saudara Joko Erdhianto sipenarik becak, karena telah tiga kali menurunkan penumpang ditengah jalan tanpa alasan yang jelas. Kalau sampai terulang lagi maka becaknya akan disita dan kepadanya diharuskan mengganti becaknya dengan Kuda Kepang yang ramah lingkungan.
Berikutnya adalah surat himbauan kepada saudari Shabrina Shellby atau yang dikenal dengan jeng Pemi si tukang pijat keliling +++. Dihimbau untuk memperpendek jam dinas malamnya. Karena akan membahayakan dirinya sendiri dari gangguan si hidung belang. Seperti yang terjadi malam ini, sudah hampir jam tiga tetapi si pemijit keliling masih menawarkan jasanya kepada para Hansip di Pos Ronda. Untung para Hansip tidak ada yang berhidung belang.
Selanjutnya juga adalah surat himbauan kepada pemilik warnet bu Nyimas. Karena tadi didapati si pemilik Warnet tertidur pulas di meja kasir dengan pintu warnet yang masih terbuka lebar. Bagaimana kalau tiba-tiba ada makhluk jahat dari planet lain yang tergoda? Siapa yang akan bertanggung jawab.
Dihimbau kepada bu Nyimas agar mencari pegawai tambahan jika seandainya memang Warnetnya mau dibuka dua puluh empat jam. Ada Miss Rochma yang lagi butuh tambahan duit untuk modal nikah bulan depan, atau kalau mau hemat, Mimin Mumet pun bisa ditarik menjadi pegawai warnet gratisan
Yang berikutnya adalah surat peringatan yang ditujukan pada Mommy, sehubungan dengan janjinya dulu. Dulu Mommy pernah berjanji akan memberikan hadiah apapun yang diminta para Hansip. Syaratnya para Hansip harus membebaskan neng Rena dari cengkeraman si Juragan Jahat. Dan kini neng Rena sudah berhasil dibebaskan setelah para Hansip berjibaku melawan para centengnya si Juragan Jahat.
Para Hansip waktu itu minta agar dibelikan pentungan dan jas hujan yang baru. Karena pentungan yang lama telah rusak dan jas hujan juga sudah pada bolong. Jas hujan Itupun merupakan bantuan dari ibu Indriati See yang datang dari Jerman sewaktu berkunjung ke desa Rangkat. Ibu Indriati See terkesan dengan para Hansip yang katanya seperti pasukan Panser kalau pakai jas dari Jerman.
Tapi sampai sekarang sepertinya Mommy lupa dengan janjinya. Mommy malah asyik bersibuk ria dengan arisan dan acara pijat +++ dari si pemijat keliling.
Hari sudah menjelang subuh sekarang, dari kejauhan nampak si pemuda mesjid mas Hikmat berjalan berdampingan dengan mbak Siti Palembang hendak menuju ke mesjid. Dibelakangnya Uleng Tepu berlari-lari kecil sambil mendekap mukenanya. Dari arah berlawanan muncul mas Lala dengan Vespa tuanya. Ah, pasti mas Lala habis main ular tangga di rumah tetangga desa.
Keasyikan melihat keadaan sekitar, mas Hans hampir lupa bahwa masih ada satu lagi surat yang harus di print out, yaitu surat ucapan terimakasih kepada seluruh warga desa Rangkat. Ucapan terimakasih karena telah membaca hasil publish-an si komandan Hansip ini.
No comments:
Post a Comment