“Kenapa sih, udah dua minggu ini paman nggak turun ke ladang?” sapa mas Hans pada paman petani di pos Hansip malam ini.
“Lagi malas nih, mas. Rada-rada gak enak body,” sahut paman petani sekenanya.
“Loo…?
Nggak enak body kok ikutan begadang? Mana ngebul terus lagi, pliss
paman, jaga kesehatan,” mas Hans ikut mencomot rokok lintingannya paman
petani.
“Sebenarnya bukan nggak enak body sih, cuma lagi suntuk aja. Akhir-akhir ini aku sering nggak konsentrasi, mas”
Paman petani menyalakan rokok lintingannya yang kedua, lalu meneruskan omongannya.
“Kayaknya
aku lagi jatuh cinta nih, mas. Cuma aku ragu, apakah rasaku ini tepat
pada tempatnya? Apakah cintaku ini bukan cinta terlarang?”
“Nggak ada larangan kok kalau paman jatuh cinta, asal jangan jatuh cinta sama jeng Pemi aja…”
“Se guru se ilmu tidak akan saling mengganggu, mas. Jeng Pemi tetap milikmu”
“Hhmm… terus jatuh cintrong ama siapa dong, paman…?”
“Ssstt… ini rahasia kita, yah. Jangan sampai ketahuan Mommy dan pak Kades, bahaya!”
“Oke, percaya deh pokoknya padaku. Mas Hans…… gitu looo…..”
“Nng…… Kayaknya aku jatuh cinta sama si Uleng Tepu, neh……”
“Hahh…? Uleng Tepu kan keponakan paman sendiri…?”
“Makanya, mas. Aku bingung, cinta itu memang buta ternyata……”
Gubrakk……
Mas Hans terkapar mendengar nama Uleng Tepu disebut. Tinggal lah paman
petani yang panik sendiri, sambil berusaha memberikan nafas buatan.
*
*
*
Episode
cinta DesaRangkat ternyata tambah kusut dan mengasyikkan, benih-benih
cinta bertaburan dimana-mana. Berikut episode lanjutan yang disambut
teman-teman. Buah karya yang saling bersahutan. Yang mau berpartisipasi,
silahkan melanjutkan dengan bahasa dan ciri khasnya masing-masing.
Mari semai benih-benih cinta untuk kedamaian.
Episode selanjutnya hasil kolaborasi teman-teman:
3. Yang Terluka
17. Lagi Sensi
18. Terapi Cinta
21. Piano dan Senja
No comments:
Post a Comment