***** ******
“Mas Hans, cepat bantuin D-wee. D-wee dimarahin Momm di villanya juragan”
Jeng
Pemi datang membangunkan mas Hans yang tertidur di pos Hansip. Mas Hans
loncat mengambil pentungan. Langsung lari ke villanya juragan.
“Mas Hans, ikut……” Jeng Pemi ikutan lari di belakang, tank top merahnya melambai-lambai.
Di
villa milik juragan, di pondok makan sebelah kolam renang. D-wee
tertunduk pasrah dihadapan Mommy dan juragan. Mata D-wee sembab dan
berlinang, disampingnya duduk pemuda tampan. Sepertinya D-wee sedang di
sidang oleh Mommy dan juragan.
Mommy menuding-nuding. Disebelahnya juragan Rawa turut membenarkan. Apa yang dikatakan Mommy selalu ditambahkan juragan.
“Pokoknya Momm nggak mau tahu, D-wee harus putuskan hubungan dengan pemuda ini…!!” semprot Mommy tegas.
“Yah
betul, mendingan sama juragan, masa depan terjamin, hidup pun senang.”
tambah juragan memanasi. Huh, juaragan, selalu cari kesempatan. D-wee
tambah memelas dan putus asa.
“Sebentar……
sebentar……, Mommy jangan marah-marah terus…… denger dulu penjelasan
D-wee” mas Hans tiba-tiba masuk kedalam pondok makan.
“iya
D-wee, jangan mau sama juragan, harta bukan jaminan. Ntar, habis manis
sepah dibuang sama juragan” jeng Pemi ikutan masuk sambil
menuding-nuding juragan.
“Mas
Hans apa-apaan ini? Kita sedang latihan peran. Buat pertunjukan drama
di hari ibu minggu depan” Mommy berujar setengah kaget.
“Looo……? Jeng…? Bagaimana ini?” mas Hans balik bertanya pada jeng Pemi
“Nngg….Tadi
aku lihat Momm dan juragan marah-marah, trus D-wee nangis-nangis.
Dikirain dimarahin beneran” jeng Pemi menyahut sambil membenarkan tank
topnya yang kekecilan.
No comments:
Post a Comment