Jelas sudah……
Nyata sudah………
Cukuplah sudah……
Dari ratusan SMS di kotak masuk, dan puluhan kali panggilan masuk di hape jeng Pemi, semuanya teridentifikasi berasal dari “R”.
Apa artinya ini? Apa lagi yang harus ditutupi?
Pantas
saja cinta yang dulu ada kini semakin berjarak. Ultimatum batas waktu
satu bulan ternyata hanya akal-akalan untuk menyingkirkan. Siapapun
tahu, manalah mungkin mas Hans mampu mempersiapkan lamaran hanya dengan
tenggat waktu satu bulan?
Begini nasibnya kaum pinggiran. Selalu tersingkir oleh keadaan. Bukan hanya status sosial dalam kehidupan, dalam percintaan pun selalu di belakangkan.
*****
Jeng
Pemi, apa kamu lupa ikrar senasib sepenanggungan kita? Apa kamu lupa
acara belah duren kita yang telah mengundang banyak tanya? Ternyata,
kamu lebih memilih kunci Alphard daripada sarung pentungan.
Jika
memang dirimu mau menyingkirkan aku dari kehidupanmu, tak perlu
tenggat waktu satu bulan itu. Tak perlu bersandiwara dengan
ancaman-ancaman FINISH-mu.
Jalanilah
kata hatimu, jika memang Alphard mewah itu bisa membahagiakanmu.
Ataupun jika villa besar itu mampu menaungimu. Sementara aku, biarkanlah
dengan kesendirianku. Berlalu, berlalu dan berlalu…… sampai kutemukan
pengganti dirimu.
Selamat tinggal, jeng. Ikrar senansib sepenanggungan biarlah tinggal kenangan. Anggap saja tak pernah ada cerita diantara kita.
Hans.
*****
Ada
cinta dimana-mana. Ada bahagia berbingkai cinta. Tapi, seringkali
cinta tidak datang pada tempat dan waktu yang sama ke semua insan.
Paman petani dan Uleng adalah orang yang terpilih, ketika cinta putih
menghampiri dan menyatukan dua hati. Berbalut restu dari semua yang
peduli.
Sebaliknya dengan mas Hans dan jeng Pemi, ketika cinta mulai beranjak pergi. Hanya menyisakan kepingan luka di dua hati.
No comments:
Post a Comment