Tuesday, May 15, 2012

Bingung, Ketika Bini Mau Jadi TKW



Bang Aceng pulang telat malam ini. Sehabis jam dinas sebagai satpam di pabriknya, bang Aceng nyambi kerjaan lain sebagai sopir tembak angkutan kota jurusan Balaraja - Cimone.

Profesi tambahan ini sudah dijalaninya tiga bulan belakangan ini. Gajinya sebagai satpam pabrik sebenarnya cukup buat biaya hidup keluarganya. Tapi akhir-akhir ini semua kebutuhan hidup merangsek naik tanpa kendali. Di tambah lagi kebutuhan ke empat anak-anak nya yang kian hari kian tidak terbendung.

Bang Aceng sadar, untuk menyiasati semua ini hanyalah dengan cara berhemat dan mencari alternatif penghasilan lain. Sebelumnya pernah pula bang Aceng mencoba mencari tambahan penghasilan lain, seperti jualan pulsa dan ngereditin baju ke karyawan pabrik tempatnya bekerja. Tapi karena keterbatasan modal, maka usahanya itu hanya jalan ditempat alias nggak maju-maju.


Seperti biasa, sebelum memasuki gang Buntu tempat rumah kontrakannya, mesin si Vespa butut alias si Keong Butut di matikan. Ini demi menjaga keamanan, ketenangan, kenyamanan, dan keharmonisan penghuni gang Buntu. Tidak bisa dibayangkan jika tiba-tiba suara memekakkan dari knalpot si Keong Butut mengerang di hari menjelang tengah malam ini. Belum lagi kepulan asapnya yang menyaingi kereta api uap jaman Jepang. Akan ada banyak anak kecil yang tiba-tiba menangis ketakutan. Akan ada banyak pasangan yang tidak bisa konsentrasi terhadap pasangannya di atas ranjang. Semuanya gara-gara kehadiran si Keong Butut….

Di mulut gang ada sekitar lima orang bapak-bapak dan beberapa pemuda berkumpul nongkrong di warung mang Tambi. Malam ini lewat tengah malam akan ada siaran langsung liga Inggris. Si Setan Merah Manchester United akan berhadapan dengan Arsenal. Ada pesawat televisi kecil di depan warung mang Tambi. Ikut hadir juga cak Darmo si penjual Sate Madura keliling ditengah kerumunan. Asap masih mengepul dari bara api pembakaran Sate. Beberapa orang tampak asyik menyantap Sate Madura hasil olahan cak Darmo. Dan bang Aceng pun singgah, terpikir olehnya untuk membawakan oleh-oleh Sate Madura untuk anak bini nya di rumah. Apalagi hasil tarikan sebagai sopir tembak malam ini agak lumayan.
Tawa dan guyonan ala penduduk gang Buntu pun berlangsung seru. Dari masalah politik, sepakbola, ekonomi, politik, sampai urusan rumah tangga pak Kardi yang di gosip kan mau bercerai dengan istrinya gara-gara pak Kardi ketahuan ada main dengan janda tetangga gang sebelah. Semuanya masing-masing mengklaim sebagai yang paling ahli dan yang paling faham dengan situasi. Itulah suasana obrolan yang setiap malam mewarnai kehidupan masyarakat pinggiran kota, masyarakat gang Buntu. Akrab, lepas, dan begitu hangat.

Beberapa saat kemudian Sate Madura ala cak Darmo pun siap, tiga bungkus sate plus lontong pun berpindah tangan. Bang Aceng pun pamit undur diri dari keramaian. Hatinya berbinar-binar membayangkan keluarga nya akan senang bukan kepalang menikmati santapan Sate Madura oleh-olehnya. Dengan mesra dituntunnya si Keong Butut sebagai ritual tetap setiap kali keluar masuk gang Buntu.
Benar saja, si sulung Topan langsung berteriak histeris membangunkan adik-adiknya ketika mengetahui bapak nya pulang membawa oleh-oleh Sate Madura. Ke empat anaknya melahap habis Sate Madura itu tanpa sisa. Mpok Siti bini nya juga ikutan menikmati Sate Madura itu dengan lahap. Bang Aceng puas bisa membahagiakan keluarga nya di penghujung hari ini. Meskipun dia sendiri tidak ikut menikmati, tapi rasa penat dan capek nya hilang seketika manakala melihat keluarga nya bersuka cita menikmati rezeki hasil jerih payah nya hari ini.

Malam pun semakin larut, dan keluarga bang Aceng pun harus segera beranjak tidur untuk melakoni kehidupan esok hari. Bang Aceng harus kembali melakoni kehidupannya sebagai satpam pabrik. Mpok Siti bini nya harus bangun pagi-pagi menyiapkan kue Apem dan kue Lemper untuk di bawa ke pabrik tempat bang Aceng bekerja untuk di titipkan di warung depan pabrik nya. Si sulung Topan dan adiknya Toni harus berangkat sekolah besok pagi-pagi. Mereka bersekolah di sekolah dasar yang sama. Topan di kelas enam, sementara Toni di kelas empat. Sementara si kembar bungsu Todi dan Tedi masih belum bersekolah, karena masih berumur lima tahun.

Kini ke empat jagoan nya itu sudah mengambil posisi masing-masing di depan pesawat televisi mungil yang disulap menjadi kamar tidur manakala malam hari. Bang Aceng masih ingin duduk sebentar menikmati angin malam di teras rumah kontrakan. Sebatang rokok kretek dengan setia menemaninya duduk sendirian menunggu kantuk. Dari arah belakang mpok Siti bini nya muncul.  Ikutan duduk di kursi plastik reyot sebelah bang Aceng. Diam sejenak, lalu tiba-tiba kalimat yang membuat bang Aceng mau terlompat dari tempat duduk nya itu pun terucapkan.

“Bang, aye pamit mau jadi TKW…. Mau kerja di Arab kayak Ceu Lilis yang tinggal di gang sebelah…” dengan tegas mpok Siti berkata.

“Apa…??? TKW bagaimana?” bang Aceng masih kaget dengan ucapan bini nya.

“Kerja di Arab, bang…. Lumayan buat nambah penghasilan abang” suara mpok Siti  tegas dan meyakinkan. Bang Aceng masih bengong dan tidak bisa berkata-kata.

“Abang lihat sendiri sekarang, apa-apa mahal. Si Topan tahun depan harus masuk SMP, sementara si kembar tahun depan juga harus mulai masuk SD. Darimana kita dapat duit untuk bayar sekolah mereka, bang….?” Lanjut mpok Siti panjang lebar.

Bang Aceng tidak bisa berkata apa-apa. Sungguh dia tidak siap dengan keadaan ini. Sepanjang malam bang Aceng gelisah. Memang dia menyadari kehidupan semakin hari semakin sulit. Biaya hidup semakin besar dan tidak bisa di halangi. Sementara anak-anak nya butuh biaya banyak untuk melanjutkan sekolah.


Meskipun dia sudah banting tulang mencari tambahan sana-sini, tetap saja hidup nya kembang kempis. Tapi, melepas dan mengizinkan istrinya pergi ke tanah Arab untuk menjadi pembantu sebagai TKW adalah pilihan berat bagi nya. Yah, bang Aceng bingung sekarang. Bingung….. bingung….. dan bingung. Haruskah bang Aceng mengizinkan istri nya menjadi TKW…?







Salam damai dari lembah gurun Habshan, Abu Dhabi UAE

No comments:

Post a Comment