Satu pengaduan masuk di kotak pengaduan pos ronda, malam ini di rumah Juragan Rawa, akan dibuka pendaftaran PSK. Untuk menindaklanjuti pengaduan itu, malam ini Hansip datang mengintai ke rumah Juragan tanpa pemberitahuan, kan namanya juga sedang mengintai….. Jadi tanpa kabar-kabari sebelumnya.
Tiba di depan rumah Juragan, selembar kertas pemberitahuan tertempel di pintu pagar. Ternyata pengaduan itu benar.
“Pendaftaran PSK……, YES……!!!
Pendaftaran Hansip……, NO….!!”
Samar-samar terdengar suara cekikikan
perempuan-perempuan dari dalam. Dalam hati Hansip bertanya-tanya, ada
apa gerangan? Apa yang terjadi di dalam? Apakah benar rumah Juragan
dijadikan tempat pendaftaran PSK? Lalu siapa PSK nya?
Perempuan-perempuan di desa Rangkat? Tidaaaak…, ini tidak boleh terjadi.
Ini untuk yang kesekian kalinya Juragan
membuat kekacauan. Kasus penculikan si gadis desa Rena jilid satu saja
masih menyisakan luka bagi warga desa, sekarang sudah mulai lagi dengan
proyek menjadikan perempuan-perempuan desa Rangkat menjadi PSK. Ternyata
apa yang di katakan Uleng benar, juragan Rawa masih tetap jahat, dan
belum sadar, meskipun sudah seringkali dinasihati oleh mas Hikmat si
pemuda mesjid.
Hansip menerobos masuk, laksana anggota KPK yang sedang melakukan penyergapan.
“Cukup Juragan….., ini harus di akhiri…! Sekarang ikut saya ke pos ronda…” bentak Hansip.
Juragan Rawa mencoba memberi penjelasan,
tapi Hansip sudah terlanjur marah. Karena mendengar suara keributan
diluar, beberapa orang perempuan keluar dari dalam rumah. Ternyata ada
Mommy, Sabrina, Khussy, Dewi, Inge, Jingga, miss Rochma, Triana, d-wee,
dan masih banyak lagi perempuan lainnya.
Tapi kenapa mereka semua mengenakan pakaian
kebaya? Ada apa ini? Apakah PSK zaman sekarang lebih memilih penampilan
yang tradisional ketimbang penampilan moderen yang super ketat, super
terbuka, dan super singkat? Supaya dianggap masih alami? Masih lugu?
Masih asli? Masih belum terjamah?
Hhmmm….. Jangan-jangan ini sebuah inovasi baru ciptaan si Juragan dalam strategi pemasaran. Hansip jadi ikut-ikutan berpikir.
“Eh, ternyata ada mas Hans, tau aja kalau
aku ada disini, mau ketemu aku ya? Atau jangan-jangan mau ikutan daftar
jadi PSK juga yah, mas Hans….” goda Sabrina genit sambil menunjukkan
selembar formulir pendaftaran..
“Iiih… sorry lah yauw, najong dech Eike…..,
emang Eike cowok apaan Ikut-ikutan daftar PSK..?” sahut Hansip tegas,
galak dan berwibawa, tapi karena yang dihadapi adalah para wanita
berkebaya, Hansip jadi ikut-ikutan melambai dan mendesah nada suaranya.
Formulir dari Sabrina diambil dan dibaca judulnya….
==============================================================================
FORMULIR PENDAFTARAN PROGRAM
PEDULI & SELAMATKAN KEBAYA (PSK)
==============================================================================
“Kita mau menggalakkan perempuan-perempuan
di desa Rangkat untuk lebih peduli dengan warisan kebudayaan kita.
Jangan sampai kebaya yang merupakan kebudayaan asli kita ini di akui dan
diambil sama tetangga kita lagi…, kebetulan pak Rawa ini yang jadi
sponsornya…” Mommy memberi penjelasan.
Hansip terdiam, malu sudah pasti. Tapi
inilah resiko profesi, siapapun bisa berbuat salah dalam tugasnya. Tapi
kalau bersalah, yah harus minta maaf. Jangan mentang-mentang aparat
merasa mahal untuk meminta maaf pada rakyat. Hansip pun meminta maaf
pada Juragan.
“Pliss yah, mas Komandan, jangan
lebay-lebay amat…. jangan mentang-mentang aparat main curiga dan main
labrak aja….” giliran Juragan Rawa yang menggerutu.
Iya sih Gan…. sorry, sorry….
No comments:
Post a Comment