“Kamu
adalah ketakutanku akan cinta. Kamu adalah ketidakakuanku akan sayang…”
kata-katamu begitu menikamku, membuatku terasa tertusuk. Bagaimana lagi Aku
harus meyakinkanmu? Aku tersudut pada pojok tanpa sketsa, di mana Aku tak bisa
berkata-kata.
“Aku
di sini tetap memaknai cinta yang hanya sebatas kedatanganmu saja…” lanjutmu
sambil mempersilahkanku untuk berlalu. Panggilan untuk boarding itu seakan
mendukungmu. Di ujung sana, pesawat itu telah menunggu untuk menerbangkanku
menjauh dari Jakartamu.