Tuesday, May 15, 2012

Pencarian Cinta (Duka Hati Jeng Pemi-2)

1289846712610657030



Tiga malam minggu sudah dilalui jeng Pemi….jat dengan kesendirian. Hubungannya dengan mas Hans….sip akhir-akhir ini belum juga membaik. Tidak ada lagi bunyi kentongan Hansip yang akan membangunkannya ditengah malam. Juga tidak ada lagi ketukan di kaca nako jendela kamarnya menjelang fajar. Jujur, jeng Pemi sangat kehilangan dengan itu semua. Tapi juga hatinya masih begitu pedih. Apalagi bila teringat dengan Miss Rochma yang setiap pagi berlenggak-lenggok didepan rumahnya sambil menjepit mesra pentungan mas Hans di ketiaknya.

I miss you but I hate you, mas Hans… Begitulah kira-kira ungkapan hatinya saat ini.


Ternyata apa yang dirasakan oleh jeng Pemi, sama juga dengan apa yang dirasakan oleh mas Hans. Kemelut cinta ini juga membuatnya ikut-ikutan sakit hati. Karena tuduhan jeng Pemi, bahwa dirinya ada TTM-an dengan Miss Rochma itu tidaklah benar. Entah siapa yang pertama kali menghembuskan isu itu.

Ingin rasanya mas Hans datang dan menjelaskan semuanya pada jeng Pemi. Tapi mas Hans khawatir, dirinya akan menjadi korban mutilasi seperti berita di TV.  Tapi berlama-lama dengan kesendirian ini, semakin membuat hati mas Hans menjadi sangat tersiksa.

“Jika cinta itu datang, nikmatilah dia sepenuh hati. Jika cinta itu pergi, janganlah bersedih. Ibarat pepatah di bis kopaja, patah tumbuh hilang berganti. Kekasih pergi, cari lagi…..”
Adalah mas Lala si playboy tanggung desa Rangkat mencoba memberi masukan pada mas Hans malam ini di pos ronda. Mas Hans cengar-cengir meresapi kata-kata mas lala. Ucapan  mas Lala barusan membuat Mas Hans mencoba mencari tahu lebih banyak tentang apa itu arti cinta. Ah, kebetulan ada Mommy lewat.

“Nggak tahu ah, mas HansMommy sampai sekarang nggak tahu apa itu cinta” jawab Mommy sekenanya.

“Lah, gimana ceritanya kok mommy bisa jadian ama pak Yayok? Hmm…. pasti MBA yah?” mas Lala menimpali sambil senyum-senyum.

“Hush, enak aza deh… Mom ingatnya dulu cuma disuruh pake kebaya dan sanggulan sama emak, katanya mau dikawinin. Pamali katanya, kalo perawan ada yang ngelamar tapi ditolak. Ya udah, Mommy nurut aja. Nggak pake cinta-cinta an tuh…… Tahu-tahu ngebrojolin Jingga, habis itu Uleng ikutan mbrojol juga……” tutup Mommy malu-malu.

Tak lama kemudian juragan Rawa lewat dengan Fortuner hitamnya. Sticker besar tertempel di kaca depan mobilnya bertuliskan, I’m Juragan. Juragan Rawa memarkirkan mobilnya persis disamping pos ronda. Juragan tampak gagah dengan celana casual Levi’s 501 dan baju kaos Arnet warna broken white dengan sandal Kickers coklat maron, serta jam tangan Rolex warna emas.

Ini suatu kebiasaan sang juragan, selalu menyempatkan waktu nongkrong sebentar di pos ronda. Sambil bertanya-tanya pada Hansip tentang gadis-gadis desa Rangkat yang bening-bening. Siapa tahu ada yang bisa dijadikan korban penculikan. Lagi-lagi dugaan Uleng benar, ternyata juragan Rawa masih tetap jadi juragan jahat. Pliss gan, insyaf lah….

“Anggap cinta itu sebagai ladang perburuan ganas yang sangat luas. Mas Hans tidak bisa asal memasuki ladang perburuan itu dengan hanya bermodalkan pentungan. Harus dipersiapkan dengan matang, terutama persiapan diri kita. Contohnya, pakailah sepatu tinggi hitam Caterpilaar, celana jeans Levis 501 yang tebal, jam tangan Tag Heuer warna hitam atau biru malam, kaca mata hitam Oakley anti gores………”

Waduh, mas Hans semakin tidak mengerti tentang arti cinta dan problemanya seperti yang dijelaskan juragan. Untunglah lewat tengah malam ada pak guru Odi datang berkunjung ke pos ronda.

“Cinta itu adalah sesuatu yang abstrak, karena dia tidak berwujud. Jadi cinta tidak bisa di lihat dengan mata. Cinta itu adalah rasa, karena cinta itu bisa di rasakan. Cinta adalah anugerah dari sang pencipta” Pak guru Odi berhenti sejenak, seraya menutupi seluruh tubuhnya dengan kain sarung, karena malam di desa Rangkat semakin dingin menusuk tulang.

“Berbahagialah kita semua, karena dengan cinta kita bisa saling memberi dan menerima. Tanpa cinta apalah artinya hidup kita. Meskipun cinta kadangkala butuh pengorbanan, itu adalah hal biasa. Berkorbanlah untuk cinta, karena kalau sampai cinta itu pergi dan hilang, maka itu akan menjadi penyesalan yang berkepanjangan. Jadi sebelum cinta itu pergi, rawatlah dan peliharalah dia, berkorbanlah untuk cinta, sebelum semuanya terlambat….”

Mas Hans takjub dengan penjelasan pak guru Odi. Baru dirinya sadar bahwa ternyata cinta itu butuh usaha dan pengorbanan, juga harus dijaga dan dirawat agar tidak begitu saja hilang dan berlalu.
Akhirnya ronda malam ini ditutup dengan satu tekad. Besok pagi aku harus ketemu jeng Pemi, apapun yang terjadi aku siap, meskipun aku akan di jadikan korban mutilasi. Gumam mas Hans dalam hati.

………..
………..
………..


(Barusan mampir dari rumah juragan, numpang ngopi…. ternyata juragan pake acara bersambung tentang pertemuan rahasianya, ikutan BERSAMBUNG lagi ah……)

No comments:

Post a Comment