Wednesday, May 16, 2012

Mengharap, Menunggu, Memetik Kembang


Debar jantung Hans makin tidak menentu. Keraguan membuat langkahnya terahan, antara meneruskan niatnya untuk menemui sang Kembang, atau mengurungkan niatnya. Surat bersampul merah Jambu yang kata-katanya dirangkai sepenuh hati dengan bantuan pak RT Ibay lebay mulai basah karena keringat dingin. Tapi apa boleh buat, dirinya kini sudah berada di pekarangan depan rumah sang kembang.
Pekarangan mungil itu terlihat asri didominasi mekar bunga Gladiol. Setidaknya ada sekitar sebelas jenis bunga Gladiol yang bermekaran disana. Ada jenis Gladiol Rose Van Lima, Malang Strip, Holland Merah, Holland Putih, Cangkurileung, …… dan satu bunga yang Hans sangat mengenal jenis Gladiol itu, Priscilla.

Hans yakin sekali itu adalah jenis Gladiol Prisscilla. Kelopak bunganya berwarna putih cerah dengan bentuk floret bulat yang bersusun selang-seling dengan tepi sepal yang berkerut, cantik dan memukau. Hans menghampiri Gladiol Priscilla dan berusaha menyentuhnya dengan halus.
“Jangan terlalu keras menyentuhnya, mas. Kelopaknya baru saja mekar, masih rapuh. Belum mekar dengan sempurna,” suara lembut Kembang mengagetkannya.
Hans tersipu. Kembang menatapnya dengan senyum hangat. Jantung Hans semakin berdebar kencang. Surat bersampul merah jambu diselipkannya ditelapak tangan. Menunggu saat yang tepat untuk diserahkan.
“Tumben mas Hans mampir kesini? Sudah lama lho mas Hans nggak mampir ke rumah Kembang. Ronda juga jarang-jarang lewat sini……” lanjut Kembang memecah kesunyian.
“Oh, eh.. ehhm… iya. Akhir-akhir ini mas Hans sibuk. Hmm… eh… anu… tadi mas Hans lewat sini, terus lihat bunganya cantik-cantik. Jadi mas Hans tergoda untuk memetik…” Hans gugup menyahut.
“Ini bunga-bunga Kembang dapatkan dari Taman Tujuh, dulu sewaktu sering diajak jalan-jalan sama mas Rizal Repotter,” sahut Kembang.
Hans terdiam ketika mendengar kata-kata Rizal Repotter disebut-sebut. Lagi-lagi Rizal Repotter bakalan jadi penghalang. Sebegitu dalamkah kenangan cinta diantara mereka? Hingga Kembang rela membawa sejuta kenangan romantis di Taman Tujuh ke kehidupannya sekarang? Dan merawatnya dengan sepenuh hati dalam kelopak-kelopak Gladiol yang terus bermekaran?
“Gladiol Priscilla ini mas Repotter sendiri yang mengambilkannya untuk Kembang,” kata-kata Kembang terasa amat tajam menusuk Hans. Niatnya untuk memberikan surat hasil rangkaian kata-kata ungkapan perasaannya terkubur sudah.
Hans pamit dengan berjuta rasa kecewa. Meninggalkan Kembang yang tiba-tiba merasa bersalah.
“Gladiol Priscilla-nya baru mulai mekar, mas. Masih rapuh kalau disentuh. Tunggulah beberapa saat lagi jika mas Hans akan memetiknya. Kembang janji, Gladiol Priscilla ini akan Kembang rawat untuk mas Hans……” suara Kembang lirih terdengar dibelakang.
Hans sempat menoleh dengan tatapan penuh tanda tanya. Benarkah Gladiol Priscilla itu aku yang akan memetiknya jika sudah mekar sempurna? Hanya Kembang yang bisa menjawabnya.

No comments:

Post a Comment