Wednesday, May 16, 2012

Dia Yang Memetik Gladiol (ECR-3)



Hampir tiga pekan sudah, kemelut Gladiol masih belum berujung. Kemelut berawal dari Gladiol yang dititipkan Hans pada Kembang, untuk dirawat dan dikembang biakkan.
Dengan sentuhan kasih sayang dan amanat untuk menjaga titipan, Kembang merawat Gladiol itu sepenuh hati. Menjaganya dari segala kemungkinan yang dapat merontokkan mahkotanya. Hingga akhirnya Gladiol itu bermekaran memancarkan aura keelokan dan kecantikannya.
Ketika tiba saatnya Gladiol itu dipetik Kembang, Hans pun datang dengan harapan yang mengembang. Berharap akan menerima rangkaian Gladiol dari pokok yang tercantik. Namun apa hendak di kata, Gladiol itu malah berlayar ke tangan Rizal repotter.

Kabar terakhir yang Hans dengar, kini Gladiol itu berada di tangan Miss Rochma si guru desa. Setelah sebelumnya Gladiol itu hampir saja mampir di tangan Zwan Galang. Kok bisa? Ahh, terlalu panjang kisahnya kalau dituliskan. Klik saja deh disini untuk seri Gladiol sebelumnya versi Hans, versi Kembang, versi Rizal Repotter, versi Miss Rochma, versi Rizal lagi, dan versi Kembang lagi.

*******
“Aku malu, Ki…… Gladiol itu kan harusnya Kembang berikan padaku. Apa kata dunia jika Hans tidak mendapatkan kembali Gladiol itu? Lebih baik Hans gantung pentungan saja…!!” Hans mengadu pada Ki Dalang Edi di sela-sela jam latihan memukul gamelannya.
“Looo… kok sampai begitu, mas Hans…?” Ki Dalang kaget melihat Hans tidak seperti biasanya.
“Terang saja dong, Ki…… Ini masalah harga diri. Masalah kepercayaan, dan masalah pertemanan,” sahut Hans masih dengan suara menggebu-gebu.
“Sabar…… sabar mas. Coba sampeyan ngomong dengan tenang tohh..” Ki Dalang menenangkan.
“Begini… Ki Dalang ingat mas Hikmat, kan? Itu lho… petugas arsip desa yang ditugaskan pak Kades untuk studi banding ke Kalimantan. Dia itu kan tunangannya neng Kembang. Nah, sebelum berangkat ke Kalimantan, mas Hikmat menitipkan neng Kembang pada Hans. Supaya Hans menjaga neng Kembang dari gangguan kumbang-kumbang Rangkat……” Hans menceritakan.
“Oooo…… jadi selama ini sampeyan dekat-dekat neng Kembang atas amanat mas Hikmat, toh..? Tak kirain sampeyan nyari-nyari kesempatan selagi mas Hikmat nggak ada…” Ki Dalang tersenyum menggoda.
“Masak pagar makan tanaman, Ki. Malu sama pentungan, dong” sahut Hans mesem-mesem.
“Lah, hubungannya sama Gladiol apa…?” mendadak Ki Dalang ingat dengan topik pembicaraan tadi, yaitu tentang Gladiol yang berpindah tangan.
“Beberapa waktu lalu Hans mendapat kiriman dari mas Hikmat bibit Gladiol Holland van Paris. Mas Hikmat berpesan agar bibit Gladiol itu di berikan pada neng Kembang untuk dirawat dan dikembang biakkan. Jika neng Kembang bisa merawat Gladiol itu, berarti Kembang bisa merawat dan menjaga cintanya mas Hikmat selama ditinggalkan…” Hans bersemangat menjelaskan.
“Terus……” timpal Ki Dalang.
“Nah, sekarang mas Hikmat sudah pulang. Tapi masih berada di desa tetangga. Mas Hikmat tidak mau pulang ke desa Rangkat jika neng Kembang terbukti tidak bisa menjaga cintanya. Untuk membuktikannya, Gladiol yang Kembang rawat selama ini harus Hans tunjukkan pada mas Hikmat. Hanya dengan Gladiol itulah yang bisa membuat mas Hikmat kembali ke tengah-tengah kita. Tapi sekarang dimana Gladiolnya, Hans tidak tahu. Gimana ini, Ki……?” Hans bertanya setelah menjelaskan semuanya.
“Hahahahaha…… wess, itu masalah gampang. Serahkan pada Ki Dalang untuk melacak keberadaan Gladiol itu. Ki Dalang kan punya satu kompi pasukan Jin yang siap membantu. Yang penting masalahnya sudah jelas. Gladiol itu berasal dari neng Kembang untuk mas Hikmat, sebagai bukti cinta mereka. Meskipun jarak memisahkan, tapi cinta mereka tetap utuh,” Ki Dalang tersenyum puas.
Ki Dalang senang, karena meskipun di desa Rangkat para warganya lebay memainkan cinta yang mengaduk-aduk perasaan, tapi urusan kesetiaan adalah yang utama dan harus dipertahankan.
Ternyata bukan hanya Ki Dalang yang tersenyum senang. Seseorang berseragam keamanan desa yang kekecilan juga ikut tersenyum puas mengintip dari belakang gamelan. Tidak jelas siapakah dia, karena sinar lampu memang dibuat temaram di kediaman Ki Dalang untuk menambah kesan mistisnya.
“Ternyata mas Hans nggak ada apa-apa dengan mbak Kembang. Ahh, senangnya hatiku…” tanpa sadar dia bergumam sendirian.
“Heiii…… siapa itu…?” Ki Dalang membentak sambil berkacak pinggang.
Wusss… sosok itu langsung lenyap di kegelapan, hilang tanpa ketahuan kearah mana larinya. Hanya meninggalkan jejak di belakang gamelan berupa dua kantung keripik kentang, satu boks martabak telor, dan dua kaleng minuman bersoda, yang semuanya sudah kosong melompong. Tak ada yang tahu, siapakah dia? Sosok yang ternyata sedari tadi ikut menguping pembicaraan Hans dan Ki Dalang.

No comments:

Post a Comment