Thursday, May 17, 2012

Impian Pada Akhir Peran





Disaat langit Jakarta mulai berpendar dalam keremangan. Ketika belantara Jakarta hanya nampak bagai bayangan tak beraturan. Dan manakala aku sudah terkurung dalam kabin penumpang. Aku dibawa makin meninggi, menjauh dari bumi, lalu mengapung diantara awan.
Rekaman adegan perpisahan denganmu kembali menari dibenakku. Adegan peran kita pada lakon episode perpisahan, yang baru satu jam lalu kita mainkan. Tak banyak dialog untai kata perpisahan, kecuali beberapa bait kata yang akan mengikat kita. Dari hati ke hati, dari jiwa menuju jiwa, kita berbicara dalam balut sendu ikhlas dan indahnya perpisahan.

“Pergilah, jemputlah impianmu, dan bawakan kembali untukku. Rejeki yang Maha Kuasa ada dimanapun. Lahan hamparannya begitu luas, setiap jengkal tanah di belahan bumi manapun adalah ladang tempat untuk menjemput rejeki-NYA….” dialog untai kata perpisahan darimu yang tentu akan selalu kuingat.
“Suatu saat nanti jika tiba waktunya. Aku akan pulang membawakanmu impian itu….” dialog janjiku sebagai seorang lelaki pada kekasih hati.
Aku menjauh dan semakin jauh dari tempatmu berpijak kini. Aku pergi untuk menjemput impianku yang kujanjikan untuk kubawakan padamu. Tunggu aku Natasha, aku akan pulang. Perpisahan kita ini, kepergianku kini, dan penantianmu nanti adalah lakon peran yang harus kita jalani. Aku yakin akan ada akhir dari peran ini. Yaitu penyatuan hati diantara kita, dalam ikatan biduk yang akan kita kayuh berdua. Pada saatnya nanti, aku akan pulang untuk meminangmu.
“Aku akan menunggumu…. Menunggu kau datang untuk membawakanku impian itu…” demikian janji dan pintamu.
“Yah, dua tahun takkan lama…..” ucapku sambil berlalu, sebelum kantung air matamu menjadi derai penghantar kepergianku.

~^~ ***** ~^~

Kini adalah babak episode baru pada peran kita. Aku pergi untuk menjemput impianku, dan kau akan menungguku kembali bersama impianku itu. Berat memang, tapi ini adalah peran kita. Andai kita bisa selalu bersama memainkan peran ini, tentulah aku akan memilih peran itu.
“Dua tahun takkan lama, peran yang berat ini pasti akan berujung…. Berganti dengan peran manis, semanis impianku dan impianmu….” berulangkali aku berusaha menghapus sendumu disetiap kesempatanku untuk menanyakan kabar tentangmu.
Meski jujur, aku memang terlalu pandai berbohong untuk menyemangati dan menopang hatimu. Padahal aku begitu lemah dan rapuh disaat jauh darimu.
“Aku setia menunggumu, impianmu adalah impianku. Peran kita yang berat ini tentu akan berujung….” jawabmu seakan hendak menguatkanku.
Entahlah, apakah dirimu juga pandai berbohong demi membangkitkan semangatku? Yang jelas aku begitu terbantu dengan segala dialog ucapanmu.

~^~ ***** ~^~

1330080534960380414

Merendah, makin mendekat ke pelukan bumi. Gumpalan awan mulai tersibak, hanya kumpulan kabut tipis yang tersisa. Disaat langit Jakarta terlihat begitu terik. Ketika belantara Jakarta makin tampak dengan angkuh beton tinggi menjulangnya. Dan manakala aku mulai merasakan kebebasan yang sebentar lagi akan kurengkuh. Dari kurungan kabin penumpang yang mengurungku lebih dari delapan jam perjalanan. Setelah menembus cakrawala dari belahan bumi sebelah sana.
Kini aku datang, aku kembali pada tempat dimana kita dulu memainkan adegan peran perpisahan. Lakon adegan peran seakan berulang, tapi dengan tema yang berlainan.
“Aku bawakan impian yang dulu pernah aku janjikan. Dua tahun tidak lama, bukan?” untai kata yang sudah kuhapal mati sejak perpisahan kita dua tahun lalu. Jauh sebelum aku merencanakan pulang kembali ke tempatmu berpijak, Jakarta.
“Aku persembahkan bukti dari sebuah penantian…..” sambutmu dengan gejolak hasrat kebahagiaan.
Impianku dan penantianmu, adalah lakon peran yang telah kita mainkan. Kini saatnya lakon peran baru yang akan kita jelang.
“Natasha, aku akan meminangmu…”



**********



1330081616427711249
 

* Saat ini komunitas DESA RANGKAT sedang mengupayakan proyek taman baca “Pojok Baca Rangkat”. Bagi sahabat yang mau berpartisipasi menyumbangkan buku-buku bacaan, silahkan berkunjung pada link berikut: [Pojok Baca Rangkat] From Rangkat with Love

No comments:

Post a Comment