Wednesday, May 16, 2012

Kusut Kusut Lebay (ECR-2#49)



Kasak-kusuk kabar Burung menyebar ke seantero desa.Tersiar kabar bahwa Hans, si Hansip desa terlibat “cinlok” dengan partner jaganya, Dorma, si Hansip wanita. Dan sebentar lagi Hans akan melakukan prosesi lamaran.
 
Disaat bersamaan, tersiar juga kabar bahwa kalung inisial “D” yang sempat menjadi polemik berkepanjangan ternyata juga berasal dari Hans. Kalung liontin itu semula ditujukan untuk anak bu Kades, Djingga. Tapi karena keteledorannya, liontin itu akhirnya jatuh ke tangan Mommy bu Kades.

Untuk mengkonfirmasi berita-berita yang berseliweran, mas Repotter si wartawan sekaligus pemilik Rangkat TV mulai beraksi. Mengumpulkan bahan dan bukti untuk diangkat menjadi berita gosip hangat.


Mas Repotter langsung menemui Dorma yang sedang bertugas untuk diwawancarai secara ekslusif. Empat mata ditempat gelap dan tertutup.

“Mbak Dorma, apa benar mas Hans akan segera melamar anda,” tanya Repotter sambil mendekatkan bibirnya untuk berbisik (berbisik???).

“Huahahahahahahahahahahahahahahahaha…… Sebelum Dorma jawab, ada nasi bungkus nggak? Barusan sarapan sama lontong sayur dua porsi belum nendang rasanya,” jawab Dorma dengan gaya khasnya.

“Hmmm… Sementara cuma ada gado-gado dulu, nih. Sebenarnya buat aku sarapan. Tapi nggak apa-apa deh, buat Dorma aja,” Repotter terpaksa merelakan jatah sarapannya.

“Oke……, Dorma makan dulu yah, gado-gadonya. Wawancaranya tunggu selesai makan”

Wawancara tertunda satu jam. Dorma lahap menyantap gado-gado. Mas Repotter menunggu dengan perut keroncongan. Selesai makan wawancara berlanjut lagi.

“Bagaimana mbak Dorma, tentang isu lamaran itu? Apa benar mas Hans akan segera melamar mbak Dorma?” Repotter tidak sabar menunggu jawaban.

“Huahahahahahhahahahahaha……… Sebentar mas Repotter, Dorma kepedasan  neh. Wawancaranya takut ngaco. Pliss, cariin minum dong. Es cendol juga boleh deh,” jawab Dorma sambil mengedip-ngedipkan mata.

Mas Repotter pun minggat kewarung Lebay kepunyaan pak RT Ibay. Mau pesan es cendol untuk Dorma. Demi profesi Repotter rela melakukan apapun.

Sesampainya di warung Lebay, ternyata warung tutup. Cuma secarik kertas tertempel di pintu warung yang bertuliskan:

“Warung tutup sementara……
Sedang berbulan madu, mohon jangan diganggu.
Tertanda,
pak RT Ibay dan bu RT Selsa”

“Huh…… Semuanya memang lebay…” Repotter bersungut kesal sembari putar arah balik langkah.

“Nggak ada es cendol…… Nggak ada wawancara……!!” kata Dorma jual mahal.

Repotter akhirnya pergi dengan tangan hampa. Otaknya berpikir keras, kemana lagi mencari sumber berita? Ah, tiba-tiba terpikir olehnya untuk mewawancarai Djingga. Orang yang disebut-sebut sasaran dari liontin “D”-nya Hans.

“Wawancara…? Hmm… boleh deh. Tapi Djingga di potret dulu yah, mas. Sekalian Djingga butuh fotonya untuk melengkapi tulisan Djingga,” sambut Djingga dengan senyum genitnya.
Djingga pun berpose dengan berbagai macam gaya narsisnya. Kurang lebih tiga jam Repotter harus meladeni Djingga berpose.

“Udah yah, baterai kameraku sudah habis. Nih hasil jepretannya. Sekarang kita mulai wawancaranya,” kata Repotter seraya memberikan copy hasil jepretan kameranya.

“Nggak bisa sekarang, mas Repotter. Djingga mau menyelesaikan tulisan Djingga dulu yah. Tanggung nih, pas lagi ON…, gairah Djingga sedang naik, harus segera dilampiaskan,” sahut Djingga manja.

“Tulisan apaan sih? Kapan beresnya?” Repotter mulai tidak sabar.

“Nih, lanjutan tulisan Djingga yang kemarin. ‘Aku Benci Sperma-mu !!!’, masih sepuluh episode lagi…!!”

“Terus kapan beresnya?”

“Setahun lagi deh…. Ntar sekalian Djingga jawab semuanya……”

“Yahh nasib…… sib……” 

Repotter pun pergi, lagi-lagi dengan tangan hampa. Langkahnya gontai menuju studio Rangkat TV tempatnya berkantor. 

Tanpa disadarinya, dari balik tirai jendela sepasang mata bening mengamatinya sejak tadi. Mata bening milik si tante jutek Deasy, berkedip nelangsa. Menandakan kekecewaan yang amat sangat.

“Ahh, mas Repotter. Tidakkah kau tahu aku dari tadi mengamatimu……?”

Tante Deasy hati-hati menutup kembali tirai jendela yang tersibak. Melepas kepergian langkah mas Repotter yang makin menjauh.

Di pintu masuk studio Rangkat TV, senyum manis Zwan menyambut mas Repotter.

“Dapat beritanya, mas?” sambut Zwan manja.

“Payah…… semuanya lebay, boro-boro berita. Yang ada malah kecewa,” Repotter menghempaskan tubuhnya di sofa studio.

“Hmmm… Zwan malah ada berita baru, mas”

“Berita apaan?”

“Tadi Depe Kecil mampir, katanya dia lihat mas Hans berangkat ke terminal”

“Ahh……, mas Hans mau ke terminal, ke pasar, ke rumah pak Kades, bukan urusan mas Repotter. Bukan berita yang menarik,” sungut Repotter yang masih kesal dengan kegagalannya mendapatkan berita.

“Eh, mas Hans ke terminal mau menjemput jeng Pemi. Jeng Pemi hari ini pulang ke desa kita……”

“Haahh……? Jeng Pemi pulang kampung? Wuaaaahhh…… Bakalan tambah kusut ini,” Repotter berteriak histeris.

“Kusut sih dari dulu, mas. Apalagi sejak mas Repotter mulai lirik-lirik tante Deasy yang jutek itu,” sahut Zwan sambil menyembunyikan mukanya yang merona kemerahan.



**
**Jeng Pemi adalah tukang pijat keliling legendaris desa Rangkat yang sedang membuka kebun jagung di luar negeri, sekaligus belajar menjadi peramal**

No comments:

Post a Comment