Wednesday, May 16, 2012

Gara- Gara Ontel (ECR-2#59)

Malam Minggu yang abu-abu (kalo nggak mau dibilang kelabu) bagi Hans. Duduk salah, berdiri salah, tiduran juga salah. Suntuk stadium empat sedang menyerang.

Hari masih terlalu sore untuk bertugas ronda. Belum juga jam sembilan malam. Para pencuri hati tentu belum ada yang berkeliaran. Masih sibuk apel dengan acara wakuncarnya masing-masing. Hans berjalan menuju rumah sang Repotter, Rizal Falih. Sekedar mencari teman ngobrol untuk melewatkan malam panjang.


“Aku ada janji nganterin Zwan ke pasar malam. Katanya sudah lama nggak naik Kuda-kudaan,” kata Repotter sambil menenteng kamera andalannya.

Hans berbalik arah putar langkah menuju rumah Cah ingusan

“Sorry, mas Hans. Aku baru mau menunaikan kewajiban. Lain kali deh kita ngobrol-ngobrol,” sahut Cah ingusan sambil mengerling nakal pada neng Asih yang sedang menyeduh jamu kuat untuk suami barunya.

“Eee… tapi Acik ada, kan?” Hans berharap Acik ada di dalam.

“Acik pergi dari tadi, dijemput Rey untuk rapat Karang Taruna. Rapat empat mata di pinggir sungai Rangkat,” tutup Cah ingusan sambil mempersilahkan Hans pulang.

Hans melangkah tanpa tujuan. Langkah kaki mengantarkannya mendekati rumah Ki Dalang. Rumah beraroma mistis yang memang menyeramkan.

“Aduuuhh, aku lagi sibuk ini. Belum ada waktu untuk ngobrol-ngobrol,” Ki Dalang menyahut panggilan Hans dari dalam.

Hans coba mengintip dari sebuah lubang. Terlihat Ki Dalang sedang sibuk mencetak beberapa foto hasil editan. Tampak selembar kertas foto terpampang. Pak RT Ibay dan Jingga berdiri berdampingan. Di atas meja beberapa lembar kertas foto juga berserakan. Dengan pemeran dan pasangan yang berbeda. Ah, siapa lagi yang akan menjadi korban foto editan Ki Dalang?

“Klontaaang…” suara kaleng Kemenyan terjatuh dilantai memecah kesunyian.

“Heeeiii…… Bumi gonjang-ganjing langit kelap-kelip…………,” terdengar teriakan marah dari dalam. Hans kaget bukan kepalang, langsung kabur tanpa menoleh kebelakang menuju ke jalan. 

Dari kejauhan suara motor gede mengaum datang mendekat. Ternyata mas Lala lewat berboncengan dengan seseorang.

“Mas Lala……, wooii……!!” Hans berusaha memanggil.

Lala seketika menoleh ke belakang. Namun tiba-tiba motor gede itu berdecit keras berhenti mendadak. Hampir saja mas Lala menabrak seseorang yang berlari ketakutan dari arah rumah Ki Dalang. Sepintas orang itu mirip dengan perawakan si tante jutek yang tinggal di tempat Mommy. Apakah itu tante Deasy jutek? Sepertinya memang demikian.

Tidak terjadi keributan, karena secepat kilat mas Lala kabur sambil berusaha menutupi kepala gadis yang dibonceng dengan jaket hitamnya. Tante Deasy jutek pun demikian, langsung kabur dengan tangisan tertahan. Ah, ada apa ini?

Hans kembali berjalan. Di depan rumah pak RT Hans berhenti sebentar. Rumah itu terlihat gelap. Belum ada tanda-tanda kehidupan semenjak beredarnya foto pak RT Ibay dan Jingga minggu silam. Bunda Selsa, istrinya pak RT masih pergi mengungsi ke gunung Naras. Tapi kemana pak RT? Kok ikutan kabur meninggalkan rumah?

Djingga…… Djingga…… Seketika Hans ingat dengan Djingga. Orang yang di isukan ada affair dengan pak RT Ibay. Ah, kenapa tidak ke rumah Djingga saja? Apalagi pasti sekarang Djingga sedang galau. Semua orang menyudutkannya karena kemunculan foto yang menghebohkan itu. Sekarang waktunya aku menunjukkan simpatiku pada Djingga. Hitung-hitung cari kesempatan. Kesempatan tebar pesona…… bathin Hans lebay.

“Jingga nggak boleh keluar dari kamar sampai pak Kades pulang…!” sambut Mommy ketika Hans datang.

“Mommy malu, masak anak pak Kades berani-beraninya menggoda suami orang. Mana tuduhan warga pada Mommy tentang liontin “D” belum kelar……” Mommy menunduk sedih.

Akhirnya Hans pun balik langkah. Ujung-ujungnya balik lagi ke Pos Hansip. Ketemu Dorma lagi…… Dorma lagi……

Tapi kemana si Dorma? Pos Hansip sepi tak berpenghuni. 

Antara setengah tidur Hans tiba-tiba tersadar. Tawa ceria Dorma memecah keheningan. Dorma datang dengan diantar mas Bain si pemilik ontel keramat. Tangannya berpegangan erat seolah tidak mau melepaskan.

Hans tercekat, tak mampu bersuara. Hanya gumaman panjang yang tertahan.

“Dorma…… lebih keramat mana? Pentungan apa ontel…??” Hans menggerutu.

13037233242022294411

No comments:

Post a Comment