Thursday, May 17, 2012

Ketika Gladiol Berpindah Tangan



Bagaikan cendawan di musim hujan, yang acapkali tumbuh dan bermekaran dimana-mana. Kehadiran cinta di desa Rangkat juga terus tumbuh dan bermekaran di setiap pelosoknya. Ada gaung cinta di rumah pak RT Ibay dan bunda RT Jingga. Ada keromantisan puisi cinta di pondok cintanya pak RW Edy dan bunda RW Selsa. Ada bulir-bulir cinta yang dibawa kang Inin ke pondok sehatnya Dewa. Ada keripik cinta yang diramu Sekar untuk tambatan hatinya, Ari Jaka. Ada gemuruh cinta kusut diantara rangkaian Gladiol di balai desa. Ada lakon cinta di padepokan wayang antara Ki Dalang Edi dan sindennya, Icha. Dan yang terbaru adalah isu cinta antara Rizal repotter dan Ghara (Yang ini murni cuma isu dan sangat diragukan kebenarannya).


Kisah percintaan di desa Rangkat selalu menarik untuk diikuti. Selalu menggelitik untuk diamati. Dan selalu menggoda untuk diusili. Gaung cinta senantiasa saling bersahut dan bertaut. Berbalut kekusutan dalam romansa yang mengaduk-aduk perasaan, semuanya melebur dalam kusutnya cinta Episode Desa Rangkat (ECR) yang kini sudah memasuki episode ke empat (nitip iklan).

*****
Surprise…. Kejutan…..
Yah, aku harus membuat satu kejutan buat dia. Pasti dia akan terkaget setengah mati dengan kejutan yang akan kuberikan. Ah, mumpung masih ada waktu. Sebaiknya aku segera kesana sebelum dia pulang. Hans tersenyum sendiri membayangkan apa yang akan terjadi kemudian dengan kejutan yang akan diberikannya pada si guru desa, Miss Rochma. Hans akan mengajak si guru desa itu menikmati kue Putu kesukaannya di Rangkat café kepunyaannya bunda Imels. Dan sambil menikmati kue Putu itu, Hans akan memberikan rangkaian Gladiol yang cantik itu pada Miss Rochma. Sambil bercerita tentang rencana-rencana ke depan. Sambil merajut angan-angan yang akan dilalui sembari menunggu petang. Pasti romantis sekali, demikian Hans membathin.

Penuh semangat Hans mengambil beberapa tangkai Gladiol di ruang kerjanya. Dipilihnya yang tercantik dan terindah menurut pandangannya. Lalu dengan setengah berlari Hans meninggalkan kantor desa yang mulai sepi. Dia menuju ke arah utara desa, ke sekolah desa Rangkat yang jaraknya hanya beberapa ratus meter dari kantor desa. Panggilan dari Acik, sekretaris pribadinya tidak diindahkannya. Teguran dari sekdes Asih yang meminta tangannya juga tidak sempat didengarnya. Hanya sapaan dari Dorma si Hansip desa yang kini khusus bertugas di balai desa yang sempat dibalasnya.

“Aa` ada perlu sebentar dengan bu guru Miss Rochma…” jawab Hans sambil terburu-buru.
“Miss Rochma sedang ke kecamatan mengurus SK-nya………..” pekik Dorma.
Namun suara Dorma terlalu pelan untuk Hans dengarkan. Rasa bahagia Hans yang akan memberikan kejutan pada Miss Rochma mengalahkan lengkingan suara Dorma yang segera tertelan dengan suara ojek yang membawa Hans berlalu.

*****

Sebagian murid-murid sekolah Rangkat sudah bubar ketika Hans memasuki halaman sekolah. Suasana sudah mulai agak sepi. Hans langsung menuju ruangan para guru. Berharap agar bisa bertemu dengan Miss Rochma disana.

Tepat disaat Hans akan mengetuk pintu ruangan para guru, seseorang keluar sambil mengapit map berwarna ungu. Dia adalah bu Yuli, yang minggu lalu sempat mengalami kecelakaan saat mengendarai motor ketika berangkat mengajar. Motor yang dikemudikannya nyaris menabrak Angsa yang tiba-tiba melintas di jalan. Untung bu Yuli tidak mengalami cidera serius, hanya sedikit luka memar pada kakinya. Hans sendiri hampir setiap hari menengok bu guru Yuli yang saat itu dirawat di pondok sehatnya dokter Dwee dan dewa.

“Heiiii….. Ada Aa` Kades…. Aduuh, surprise sekali Aa` kades datang menemui Yuli. Oh, makasih yah… Bunga Gladiolnya cantik sekali,” bu guru Yuli menyambut Gladiol di tangan Hans dengan senyum semeringahnya. 

“Ehm… bu Yuli… anu… ng…” Hans tergagap, namun Gladiol sudah berpindah tangan.

Keduanya masih berdiri tegak di depan pintu ruangan guru. Keduanya tidak menyadari ada sepasang mata yang mengamati mereka dari balik jendela ruangan guru. Ranti, gadis pemilik kios bunga desa Rangkat tertegun galau memandang mereka. Pekerjaannya untuk merangkai Gladiol sebagai hiasan di ruangan guru terhenti seketika. Memang setiap hari Ranti selalu mendekor ruangan para guru dengan riasan bunga-bunga koleksi kiosnya.

Ranti berlari keluar ruangan. Dilewatinya mereka berdua sambil menyembunyikan tangis di balik jilbab putihnya. Hans tergagap, di sebelah Yuli yang masih belum sadar atas apa yang terjadi.




Sebelumnya di postingan yang alurnya senada pada bagian ECR-4:

No comments:

Post a Comment