Wednesday, May 16, 2012

Haruskah Kami Berpisah (Episode Cinta Rangkat #39)


Jelas sudah……
Nyata sudah………
Cukuplah sudah……
Dari ratusan SMS di kotak masuk, dan puluhan kali panggilan masuk di hape jeng Pemi, semuanya teridentifikasi berasal dari “R”

Apa artinya ini? Apa lagi yang harus ditutupi?
Pantas saja cinta yang dulu ada kini semakin berjarak. Ultimatum batas waktu satu bulan ternyata hanya akal-akalan untuk menyingkirkan. Siapapun tahu, manalah mungkin mas Hans mampu mempersiapkan lamaran hanya dengan tenggat waktu satu bulan?

Begini nasibnya kaum pinggiran. Selalu tersingkir oleh keadaan. Bukan hanya status sosial dalam kehidupan, dalam percintaan pun selalu di belakangkan.

*****
Jeng Pemi, apa kamu lupa ikrar senasib sepenanggungan kita? Apa kamu lupa acara belah duren kita yang telah mengundang banyak tanya? Ternyata, kamu lebih memilih kunci Alphard daripada sarung pentungan. 

Jika memang dirimu mau menyingkirkan aku dari kehidupanmu, tak perlu tenggat waktu satu bulan itu. Tak perlu bersandiwara dengan ancaman-ancaman FINISH-mu. 

Jalanilah kata hatimu, jika memang Alphard mewah itu bisa membahagiakanmu. Ataupun jika villa besar itu mampu menaungimu. Sementara aku, biarkanlah dengan kesendirianku. Berlalu, berlalu dan berlalu…… sampai kutemukan pengganti dirimu.

Selamat tinggal, jeng. Ikrar senansib sepenanggungan biarlah tinggal kenangan. Anggap saja tak pernah ada cerita diantara kita.
Hans.

*****
Ada cinta dimana-mana. Ada bahagia berbingkai cinta. Tapi, seringkali cinta tidak datang pada tempat dan waktu yang sama ke semua insan. Paman petani dan Uleng adalah orang yang terpilih, ketika cinta putih menghampiri dan menyatukan dua hati. Berbalut restu dari semua yang peduli.

Sebaliknya dengan mas Hans dan jeng Pemi, ketika cinta mulai beranjak pergi. Hanya menyisakan kepingan luka di dua hati.

No comments:

Post a Comment