Wednesday, May 16, 2012

Pentungan Tanah Abang (Duka Hati Jeng Pemi-8)

1298969821917943817
image ngambil dari pakde google

“Yang paling menyakitkan dari kesendirian adalah bukan disaat kita sedang bersedih. Tapi justru disaat kita sedang berbahagia. Dimana tidak ada orang yang bisa diajak tertawa senang untuk sekedar ikut merasakan kebahagian itu……” jeng Pemi menunduk menyembunyikan tangis.

Hans bergeming, menggumam tak beraturan. Sebulan menghilang membuatnya kikuk didera penyesalan.


“Tapi sekarang kan tidak lagi, mas Hans sudah datang. Lagian selama mas Hans pergi, pentungan mas Hans kan di tinggalkan……” keluar juga akhirnya jawaban Hans.

Jeng Pemi mendongak, wajah sendu mendadak berubah menjadi amarah berbingkai kekecewaan.

“Persetan dengan pentungan……!! Sudah kujadikan kayu bakar….!!”

“Lo…? Kenapa jeng? Ada apa dengan pentunganku?”

“Pentunganmu sudah tamat riwayatnya di tungku perapian.”

“Jeng…… pentungan itu kenapa dibakar?”

“Mas, aku minta kejujuranmu sekarang. Itu pentungan palsu, kan? Made in China kan? 

Mas Hans beli di Tanah Abang, harganya sepuluh ribuan kan? Pentungan yang asli mas Hans titipkan di pelukan Jingga, kan……??”

“Siapa yang bilang, Jeng?”

Jeng Pemi menoleh kearah pojok pos Hansip. Kearah Rey si penyair sinting yang meringkuk ketakutan dibalik sarung lusuh kotak-kotak.

No comments:

Post a Comment