Tuesday, May 15, 2012

Episode Romantis (Duka Hati Jeng Pemi-5)

12914010811072975630






Rumah kontrakan jeng Pemi malam ini bernuansa romantis. Pita warna-warni sisa dekorasi acara penyambutan Ombama bergelantungan diruang tamu. Jemuran yang biasanya bergelantungan bagai Kelelawar disegala penjuru, malam ini tidak nampak lagi.
Selembar kertas tertempel di pagar dengan tulisan:

“Layanan Pijat sementara ditutup,
for romantic dinner

Di lantai ruang tamu, di atas tikar plastik yang biasa dijadikan jeng Pemi sebagai alas untuk layanan pijatnya, telah terhidang menu makan malam romantisnya. Nasi uduk hasil kiriman ibu Khussy, pecel Lele komplit dengan sambel dan lalapnya, serta telor asin dan kerupuk udang telah terhidang. Dan sebagai penutupnya nanti, sebuah Durian montong juga sudah disiapkan. Inilah menu romantic dinner nya ala jeng Pemi malam ini.


Dengan senyum penuh hasrat jeng Pemi mematikan lampu. Sebagai gantinya jeng Pemi menyalakan dua buah lilin ditengah-tengah hidangan.

“Biar tambah romantis yah, mas Hans…., sekalian ngirit listrik” kata jeng Pemi beralasan.

Mas Hans menangguk penuh pengertian. Disiapkannya piring makan untuk jeng Pemi. Sepotong pecel Lele plus lalapan. Jeng Pemi pun duduk dengan anggun saling berhadapan. Tank top nya yang kekecilan dibiarkan tergerai melambai-lambai.

“Senang yah mas, kalau setiap episode kita selalu romantis-romantisan…” ucap jeng Pemi memecah keheningan.

“Romantis ataupun tidak, yang penting kisah cinta jeng Pemi dan mas Hans harus tetap berjalan” timpal mas Hans.

“Ternyata romantis itu milik semua lapisan yah, mas Hans…. Meskipun kita kaum pinggiran, romantis itu tetap bisa kita rasakan…” balas jeng Pemi dengan senyum ditahan.

Setelah hampir satu jam acara romantic dinner itu akhirnya selesai. Kini tinggalah acara penutupan, yaitu acara belah Durian. Jeng Pemi pasrah ketika Durian itu sudah dihadapan mas Hans. Penuh kelembutan Durian itu mas Hans pegang. Dicium-ciumnya Durian itu penuh penghayatan.

“Ayo dong mas Hans, cepat belah Duriannya….., aku sudah nggak tahan” rengek jeng Pemi.
Namun tiba-tiba ada teriakan dari pagar depan…

“Hans….., makan malamnya udah belum? Ayo cepatan…. Bini gua udah nungguin dirumah ngajak kondangan…… cepat kembali ke Pos, sekarang giliranmu yang jaga…..” Ternyata itu suara dari rekan Hansip bang Thamrin Dahlan.

Jeng Pemi dan mas Hans menoleh bersamaan. Ada kekecewaan yang terpancarkan. Baru saja mereka mau melakukan acara penutupan, yaitu acara belah Durian. Tapi karena panggilan tugasnya mas Hans, acara itu menjadi tertunda.

“Hmm… ya udah deh nggak apa-apa, mas Hans, jangan cuma karena acara belah Durian, tugas mas Hans jadi terabaikan” Jeng Pemi menyahut penuh pengertian.

“Sebagai gantinya, biarlah pentunganku malam ini ditinggalkan, hitung-hitung sebagai pengganti acara belah Durian” sahut mas Hans seraya menyerahkan pentungannya.

Ah, biarpun mas Hans nggak ada, yang penting pentungannya dia tinggalkan. Gumam jeng Pemi dalam hati sambil merapihkan sisa makanan acara romantic dinner nya yang masih berantakan.


BERSAMBUNG lagi lah….

No comments:

Post a Comment