Sunday, August 12, 2012

[ECR-5] Merelakan Ranti



Postingan kisah ECR-5 yang terkait sebelumnya: Ma, Aku Mau Menikah (oleh Yety ursel), Di Atas Sejadah Mama (oleh El Hida)
Andai semua mimpi dapat terwujud indah, maka aku akan bermimpi se-mau yang aku suka. Andai semua angan dapat kugapai tanpa cela, maka akan kutembuskan anganku melewati batas cakrawala. Memilikimu adalah mimpi yang terindah. Dan melabuhkan hati padamu adalah pengharapanku yang sebenarnya. Tapi merelakanmu adalah hal terhormat dalam wujud kelelakianku. Selain sebagai bentuk pertanggungjawabanku atas segala duka penantianmu.
Ketakutanku bukan pada masa lalu. Karena masa lalu adalah torehan waktu yang tak dapat kembali kurengkuh. Ketakutanku adalah ketika datangnya sang waktu yang akan membawamu berlalu. Kemudian menempatkanmu pada batas sekat yang bernama aturan, etika dan logika. Dimana aku diharamkan untuk menyibak dan menembusnya.

Sungguh aku takut jika tiba masanya untuk itu. Karena itu berarti adalah batas akhir dari segala mimpi dan anganku untuk memilikimu.
“Biarlah waktu yang menentukan. Jika memang kita ditakdirkan untuk bersatu, maka akan tiba waktu itu…..” berulang kuucapkan kata-kata itu dalam ketidak pastian dan ketidak mengertian.
Karena waktu jualah aku tak kunjung menentukan sikapku. Membuatmu terlunta dalam ketidakpastian pada masa penantianmu. Hingga menjadikanmu terluka dalam setiap tarikan nafasmu. Tapi tidakkah kau tahu? Akupun terluka karena keadaan ini? Hingga aku memasrahkan semuanya pada angkuhnya Sang Waktu. Seraya berharap Sang Waktulah yang akan memberi vonis, atas segala kondisi dan keadaan ini. Bukankah karena Sang Waktulah kita dipertemukan?
“Aku ingin kamu yang memutuskan…. Bukan Sang Waktu yang memberi keputusan….!!” pintamu atas segala sikap dan ketololanku yang selalu berlindung dibalik kata, Sang Waktu.
Dan lagi-lagi sang waktu tersenyum, jika tak hendak dikatakan mentertawakan. Karena tetap Sang Waktulah yang akhirnya berkuasa, karena ketidak beranianku menentukan sikap dari segala pinta dan pengharapanmu.
*****
Bunda Yety, wanita yang sudah Kuanggap sebagai ibu kandungku sendiri itu menatapku lekat-lekat. Aku menunduk, mencoba menghindar dari tatapannya. Aku tak sanggup menatap mata teduh itu. Pikiranku berkecamuk berusaha merangkai kata yang rasanya begitu sulit untuk Kuucapkan.
“El Hida sudah minta izin untuk menikah…” ucap bunda Yety.
“Iya, Bund. Aku sudah mendengarnya dari kang Inin,” jawabku.
“Sementara hubunganmu dengan Ranti masih juga belum ada kejelasan….” Bunda Yety kembali menyambung kalimatnya.
“Iya, bund. Memang sudah terlalu lama saya menjalin hubungan dengan Ranti..”
“Nah, jadi apa yang menjadi kendala hubungan kalian? Ranti butuh ketegasan darimu, Hans. Sementara sudah ada laki-laki lain yang datang pada bunda untuk melamar Ranti. Bunda tidak bisa membiarkan ini menggantung terlalu lama…”
Aku terdiam mendengar perkataan bunda Yety. Perkataan yang memang harus diucapkannya demi kebahagiaan anak gadisnya. Dan seketika aku tersentak, agar segera memberikan jawaban atas segala ketidakjelasan hubungan ini. Karena ini menyangkut dari masa depan seorang Ranti.
“Kalau kamu tidak siap, tolong relakan Ranti untuk menjalani kehidupannya dengan laki-laki lain…” kembali kata-kata bunda Yety terdengar begitu tegas dan tegar.
*****
“…..Natasha, memilikimu adalah mimpiku yang terindah. Dan melabuhkan hatiku padamu adalah pengharapanku sebenarnya. Tapi merelakanmu adalah hal terhormat dalam dalam wujud kelelakianku. Selain sebagai bentuk pertanggungjawabanku atas segala duka penantianmu. Bersama harapku dalam rengkuhan Sang Waktu, jadilah bidadari pendamping bagi Imam yang memang sudah siap untuk mendampingimu…”
Adalah penggalan kalimat yang Hans ucapkan pada Natasha, mantan kekasihnya bertahun yang lalu. Ketika dirinya harus merelakan Natasha untuk dipersunting seseorang yang memang lebih baik dari dirinya. Penggalan kalimat itu tidak satu buah kata-pun dilupakannya. Semuanya masih membekas sampai hari ini. Dan kini, hari ini, di hadapan Ranti, kembali Hans mengucapkan kata-kata itu.
__________
BERSAMBUNG (bagian siapa nih yang akan melanjutkan postingan….?)
*) Untuk melihat kisah-kisah dalam Episode Cinta Rangkat-5 lainnya, silahkan klik link ini.


DESA RANGKAT adalah desa maya di lembah fiksi. Gunung Naras(i) adalah latar yang menanunginya. DESA RANGKAT diakronimkan sebagai Diskusi Elok Sarat Asah-asih-asuh dalam meRANGkai KATa. Silahkan berkunjung untuk mengenal dan bermain fiksi bersama kami. Silahkan klik link DEAR di Kompasiana atau Desa Rangkat on Facebook.

No comments:

Post a Comment