Postingan kisah ECR-5 yang terkait sebelumnya: Ma, Aku Mau Menikah (oleh
Yety ursel), Di Atas Sejadah Mama (oleh
El Hida)
Andai semua mimpi dapat terwujud indah, maka aku akan bermimpi
se-mau yang aku suka. Andai semua angan dapat kugapai tanpa cela, maka akan
kutembuskan anganku melewati batas cakrawala. Memilikimu adalah mimpi yang
terindah. Dan melabuhkan hati padamu adalah pengharapanku yang sebenarnya. Tapi
merelakanmu adalah hal terhormat dalam wujud kelelakianku. Selain sebagai
bentuk pertanggungjawabanku atas segala duka penantianmu.
Ketakutanku bukan pada masa lalu. Karena masa lalu adalah torehan
waktu yang tak dapat kembali kurengkuh. Ketakutanku adalah ketika datangnya
sang waktu yang akan membawamu berlalu. Kemudian menempatkanmu pada batas sekat
yang bernama aturan, etika dan logika. Dimana aku diharamkan untuk menyibak dan
menembusnya.
Sungguh aku takut jika tiba masanya untuk itu. Karena itu berarti
adalah batas akhir dari segala mimpi dan anganku untuk memilikimu.
“Biarlah waktu yang menentukan. Jika memang kita ditakdirkan untuk
bersatu, maka akan tiba waktu itu…..” berulang kuucapkan kata-kata itu dalam
ketidak pastian dan ketidak mengertian.
Karena waktu jualah aku tak kunjung menentukan sikapku. Membuatmu
terlunta dalam ketidakpastian pada masa penantianmu. Hingga menjadikanmu
terluka dalam setiap tarikan nafasmu. Tapi tidakkah kau tahu? Akupun terluka
karena keadaan ini? Hingga aku memasrahkan semuanya pada angkuhnya Sang Waktu.
Seraya berharap Sang Waktulah yang akan memberi vonis, atas segala kondisi dan
keadaan ini. Bukankah karena Sang Waktulah kita dipertemukan?
“Aku ingin kamu yang memutuskan…. Bukan Sang Waktu yang memberi
keputusan….!!” pintamu atas segala sikap dan ketololanku yang selalu berlindung
dibalik kata, Sang Waktu.
Dan lagi-lagi sang waktu tersenyum, jika tak hendak dikatakan
mentertawakan. Karena tetap Sang Waktulah yang akhirnya berkuasa, karena
ketidak beranianku menentukan sikap dari segala pinta dan pengharapanmu.
*****
Bunda
Yety, wanita yang sudah Kuanggap sebagai ibu kandungku sendiri itu menatapku
lekat-lekat. Aku menunduk, mencoba menghindar dari tatapannya. Aku tak sanggup
menatap mata teduh itu. Pikiranku berkecamuk berusaha merangkai kata yang
rasanya begitu sulit untuk Kuucapkan.
“El
Hida sudah minta izin untuk menikah…” ucap bunda Yety.
“Iya,
Bund. Aku sudah mendengarnya dari kang Inin,” jawabku.
“Sementara
hubunganmu dengan Ranti masih juga belum ada kejelasan….” Bunda Yety kembali
menyambung kalimatnya.
“Iya,
bund. Memang sudah terlalu lama saya menjalin hubungan dengan Ranti..”
“Nah,
jadi apa yang menjadi kendala hubungan kalian? Ranti butuh ketegasan darimu,
Hans. Sementara sudah ada laki-laki lain yang datang pada bunda untuk melamar
Ranti. Bunda tidak bisa membiarkan ini menggantung terlalu lama…”
Aku
terdiam mendengar perkataan bunda Yety. Perkataan yang memang harus
diucapkannya demi kebahagiaan anak gadisnya. Dan seketika aku tersentak, agar
segera memberikan jawaban atas segala ketidakjelasan hubungan ini. Karena ini
menyangkut dari masa depan seorang Ranti.
“Kalau
kamu tidak siap, tolong relakan Ranti untuk menjalani kehidupannya dengan
laki-laki lain…” kembali kata-kata bunda Yety terdengar begitu tegas dan tegar.
*****
“…..Natasha, memilikimu adalah mimpiku yang terindah. Dan
melabuhkan hatiku padamu adalah pengharapanku sebenarnya. Tapi merelakanmu
adalah hal terhormat dalam dalam wujud kelelakianku. Selain sebagai bentuk
pertanggungjawabanku atas segala duka penantianmu. Bersama harapku dalam
rengkuhan Sang Waktu, jadilah bidadari pendamping bagi Imam yang memang sudah
siap untuk mendampingimu…”
Adalah
penggalan kalimat yang Hans ucapkan pada Natasha, mantan kekasihnya bertahun
yang lalu. Ketika dirinya harus merelakan Natasha untuk dipersunting seseorang
yang memang lebih baik dari dirinya. Penggalan kalimat itu tidak satu buah
kata-pun dilupakannya. Semuanya masih membekas sampai hari ini. Dan kini, hari
ini, di hadapan Ranti, kembali Hans mengucapkan kata-kata itu.
__________
BERSAMBUNG (bagian
siapa nih yang akan melanjutkan postingan….?)
*) Untuk melihat kisah-kisah dalam
Episode Cinta Rangkat-5 lainnya, silahkan klik link ini.
DESA
RANGKAT adalah desa maya di lembah fiksi. Gunung Naras(i) adalah latar yang
menanunginya. DESA RANGKAT diakronimkan sebagai Diskusi Elok Sarat Asah-asih-asuh
dalam meRANGkai KATa. Silahkan berkunjung untuk mengenal dan
bermain fiksi bersama kami. Silahkan klik link DEAR di Kompasiana atau Desa Rangkat on Facebook.
No comments:
Post a Comment