___________
Dua
jam sudah Hans dan Dorma, Hansip wanita keamanan khusus balai desa
menunggu, namun Ranti masih belum juga kelihatan batang
hidungnya. Dorma selalu berdiri setiap kali ada suara motor menderu di jalanan,
berharap itu adalah El Hida yang berboncengan dengan Ranti. Perutnya
sudah bersenandung riuh menahan lapar. Bayangan Ranti yang datang membawa
rantang makanan siang bermain di imajinasinya.
“Kok
kakak Ranti masih belum nongol? Sudah lapar tingkat akut, nih…” Dorma
menggerutu.
“Kamu
susul ke rumahnya, deh. Jangan-jangan Ranti kelupaan…” perintah Hans.
Tanpa
menunggu perintah kedua kali, Dorma langsung berangkat. Tinggal Hans seorang
diri di kantor desa dengan perut yang mulai bergemuruh nyaring. Tangannya sibuk
berulangkali memencet HP jadulnya. Nomor HP milik Ranti yang dihubunginya
selalu memberikan jawaban bahwa ponselnya sedang tidak aktif.
“Hmm…
Tidak seperti biasanya. Nomor HP bunda Yety dan El juga
tidak bisa dihubungi. Ada apa ini..?” Hans bergumam sendiri.
Pikirannya
mengembara tak tentu arah. Kecurigaannya telah terjadi sesuatu terhadap
hubungannya dengan Ranti tiba-tiba menyergapnya. Desas-desus warga yang
membicarakan seringnya Bocing mengunjungi kios bunga milik Ranti makin
membuatnya cemas.
“Ahh,
tidak mungkin…. Apalagi mama Yety selalu mengawasi Ranti. Mana mungkin mama
Yety membiarkan Ranti menjalin hubungan dengan Bocing yang selalu mengaku-ngaku
sebagai juragan Kepiting. Padahal cuma juragan gadungan…” Hans menghibur diri.
Kembali
Hans bersungut kesal ketika teringat wajah Bocing. Wajah aneh dan menyebalkan
yang akan membuat kesal siapapun yang melihatnya. Hans teringat kejadian
beberapa bulan yang lalu saat Bocing berusaha mendekati dua gadis desa Rangkat,
Mahar dan Aya. Tersiar kabar bahwa Bocing memiliki jimat yang selalu
digunakannya untuk menundukkan gadis-gadis Rangkat. Untunglah Mahar dan Aya
belum sempat menjadi korban jimatnya Bocing. Karena Ki Dalang Edy keburu datang mengingatkan
keduanya. Jika tidak, tentu Mahar dan Aya akan memiliki masa depan yang suram
sebagai istri juragan Kepiting gadungan.
“Hallo,
yah Dorma…. Bagaimana? Ada kabar apa dari rumahnya Ranti..??” Hans menyahut
ketika HP jadulnya berbunyi. Terlihat nama Dorma pada daftar panggilan masuk.
“Anu…
Saya masih di depan pagar. Di rumahnya kakak Ranti sedang ada tamu. Sepertinya
laki-laki…” sahut Dorma.
“Coba
kamu masuk, lihat siapa tamunya?”
“Nggak
usah, Aa`…. Dari baunya saja Dorma sudah tahu siapa tamunya..”
“Memang
bau apa?”
“Bau
Kepiting busuk…!!”
“Hah…??!!
Pasti si Bocing. Bociiiiiiiing…….!!” Hans berteriak kesal, lalu bergegas keluar
kantor desa. Tujuannya cuma satu, menuju kios pulsa-nya mama Yety untuk minta
klarifikasi. Kenapa anak gadisnya dibiarkan didekati Bocing?
___________
BERSAMBUNG
*)
Untuk melihat kisah-kisah dalam Episode Cinta Rangkat-5 lainnya, silahkan klik link ini.
DESA
RANGKAT adalah desa maya di lembah fiksi. Gunung Naras(i) adalah latar yang
menanunginya. DESA RANGKAT diakronimkan sebagai Diskusi Elok
Sarat Asah-asih-asuh dalam meRANGkai KATa. Silahkan
berkunjung untuk mengenal dan bermain fiksi bersama kami. Silahkan klik link DEAR di Kompasiana atau Desa Rangkat on Facebook.
No comments:
Post a Comment