Thursday, October 11, 2012

Selamat Pagi, Natasha…



Seperti biasanya, pagi ini langkahku begitu ringan. Menyusuri tiap koridor yang bernuansa minimalis. Dua belokan lagi aku akan tiba tepat di depan pintu ruangan kantormu. Tak sabar hati ini ingin segera melihat lengkung senyummu. Seperti pucuk pohon yang selalu merindu sang mentari di awal pagi.




Pada lorong koridor yang kulewati, ada warna Hijau muda pada dindingnya yang aku suka. Hingga kadang membuatku berlama-lama menatapnya. Tadinya aku tidak begitu menyukai warna Hijau muda itu. Hingga sampai suatu saat, ketika aku mendapatimu berdiri sambil tersenyum mengamati indahnya warna itu. Dan dari bibir tipismu aku mencuri dengar ketika kau bergumam, “Sejuk….. dan menenteramkan….”
Seketika itu akupun menjadi penyuka warna si Hijau muda. Padahal dulu aku lebih tertarik dengan warna Putih gading di dinding koridor sisi satunya. Putih gading itu begitu berwibawa, setidaknya itu menurutku.
“Putih gading itu….. anggun dan bersahaja…” ucapmu suatu kali, ketika aku kembali mencuri dengar percakapanmu dengan teman sejawatmu.
Akupun setuju. Anggun dan bersahaja. Yah, anggun dan bersahaja seperti dirimu. Ungkapku dalam hati. Selalu dan hanya dalam hati. Tak pernah lebih. Andai kau tahu….




Suatu kali akupun pernah mendapatimu berlutut di ujung koridor. Tak jelas aku menatapmu dari ujung koridor yang lain. Samar-samar hanya aku lihat jemari lentikmu menyentuh lantai yang berwarna Krem. Apakah kau juga terpesona dengan warna Krem? Mungkin iya, karena semburat senyum tipismu telah mengisyaratkannya. Ah, seketika itu juga akupun menjadi pengagum pesona warna Krem.



Menjelang belokan koridor, setelah batas lantai berwarna Krem. Ada warna Biru laut di lantai. Dan itu pertanda aku akan segera tiba di depan pintu ruangan kantormu. Aku tidak malu untuk mengatakan bahwa aku juga adalah pengagum warna Biru laut. Terlebih setelah aku tahu, engkaulah yang merancang warna Biru laut di lantai itu. Satu ungkapan tentang komposisi pemilihan warna pada lantai, warna Krem berbatasan tegas dengan warna Biru laut, adalah sempurna. Sesempurnanya pesona yang ada pada dirimu.
Setelah itu aku akan melewati ruangan besar dengan dinding kaca yang bertirai horizontal minimalis. Dari situ aku bisa melihat kesibukan orang-orang di dalam sana. Dan beberapa langkah ke depan, aku akan mengetuk pintu ruangan kantormu.
Tak sabar aku mengayun langkahku. Bayangan senyum pesonamu terus memacu hasrat dan semangatku untuk segera bertemu. Dan menyapamu dengan sapaan hormat di setiap pagiku.
“Selamat pagi ibu Natasha, ini Teh Hijau hangat pesanan Ibu…”
“Terimakasih, mas Hans. Nanti siang sekalian makan siangku dibawakan kemari, yah…” sambutmu dengan senyum terindahmu.
“Baik, bu. Nanti saya antarkan…” sahutku hormat dengan sedikit membungkuk.
Bahagianya hatiku, berarti siang nanti aku akan kembali menikmati senyum pesonamu. Sambil mencuri pandang aku mengambil sisa gelas kotor di atas mejamu, dan pamit berlalu seraya menutup pintu.
*****
* Fiksi dalam semarak Weekly Photo Challenge: Interior Photography. Untuk tulisan-tulisan lainnya dalam WPC-24, silahkan berkunjung ke link ini.
** Image dari dok. pribadi.
Salam Kampretos….

No comments:

Post a Comment